Halaman

Kamis, 31 Maret 2016

Transaksi Wajib Pakai Rupiah, BPH Migas Rapat Dengar Pendapat

Kamis(31/03), BPH Migas melaksanakan rapat dengar pendapat (public hearing) dalam rangka perubahan peraturan BPH Migas Nomor 8 Tahun 2013 tentang Tarif Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa. Perubahan ini guna mengakomodasi peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 17/3/PBI/2015 tentang Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah NKRI. Rapat yang dilaksanakan di gedung BPH Migas ini dihadiri oleh perwakilan dari Ditjen Migas, Badan Usaha transporter (pengangkutan), dan Badan Usaha Shipper (pengguna jasa pengangkutan).

Pasal 2 PBI Nomor 17 mewajibkan bagi setiap pihak untuk menggunakan Rupiah dalam transaksi yang dilakukan di wilayah NKRI. Tarif pengangkutan Gas Bumi melalui pipa yang diatur oleh BPH Migas selama ini dirumuskan dengan menggunakan Dollar Amerika, sehingga perlu dilakukan penyesuaian terhadap peraturan BPH Migas guna menyelaraskan dengan Peraturan Bank Indonesia.

Rapat Dengar Pendapat ini merupakan tindak lanjut BPH Migas setelah beberapa kali melakukan rapat pembahasan dengan Bank Indonesia dan Badan Usaha pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa. Apabila tarif pengangkutan gas bumi melalui pipa harus dibayarkan dengan rupiah, terdapat dua alternatif tindak lanjut yang dapat diberlakukan. Alternatif pertama adalah pembayaran dengan dual quotation. Pembayaran dengan mekanisme ini tidak merubah formula perhitungan tarif pengangkutan. Hanya saja, pada saat pembayaran dilakukan dalam rupiah dengan mengacu pada kurs Jisdor yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Alternatif ini menuai kekhawatiran dari para badan usaha akan resiko perbedaan kurs yang akan terjadi pada saat penagihan oleh transporter dan pembayaran oleh shipper.

Sebagai alternatif lain, BPH Migas telah mempersiapkan formula baru perhitungan tarif pengangkutan untuk mendapatkan tarif pengangkutan dalam rupiah. Formula tersebut menambahkan komponen perbandingan inflasi di Indonesia dengan inflasi di Amerika. Resikonya, tarif pengangkutan dengan formula baru ini akan membuat tarif pengangkutan gas bumi melalui pipa menjadi lebih mahal akibat rasio inflasi yang besar. Dampaknya, tentu masyarakatlah yang dirugikan atas harga gas yang menjadi semakin mahal.

Setelah melalui dengar pendapat dengan berbagai pihak ini, BPH Migas akan segera menentukan langkah mana yang akan dilakukan terkait penggunaan rupiah dalam tarif pengangkutan gas bumi melalui pipa. Pemberlakuan rupiah ini akan mulai dilaksanakan pada 30 Juni 2016.

@dwilestarin

Kamis, 24 Maret 2016

Georgetown: Kota Tua Rasa Tionghoa

Melintasi jalanan di Pulau Penang, Malaysia seolah terbawa ke masa 90-an. Di kota ini, pengendara sepeda motor masih banyak yang menggunakan kendaraan-kendaraan tua. Demikian pula pengendaranya, sama tuanya. Didukung dengan gedung-gedung lama yang kurang terawat serta udara yang panas, Penang seolah menjadi satu pulau yang kelam.

Destinasi favorit
Namun demikian, di salah satu sudut Pulau Penang terdapat satu kawasan menjadi destinasi favorit para turis, George town. Di kawasan ini banyak dijumpai bangunan-bangunan tua yang terdiri dari kuil, kedai kopi, dan toko souvenir. Nuansa tionghoa di kota ini sangat kental yang dapat dilihat dari beragam ornamen yang menghiasi setiap bangunan.
Yang menjadi daya tarik George town adalah karya seni jalanan yang dapat dijumpai di berbagai sudut jalan. Setiap tahunnya, diadakan festival George Town yang mengundang para seniman untuk berkarya di jalanan kota tua ini. Alhasil, banyak wisatawan yang datang untuk menyaksikan karya-karya seniman yang terbalut dalam nuansa tionghoa.

Kombinasi Artistik
Ada banyak karya seni dengan beragam tema yang dapat dijumpai di George Town. Umumnya, para seniman mengombinasikan seni lukis dengan berbagai benda. Salah satu karya seni yang menarik adalah Children on Bicycle karya Ernest Zacharevic yang terdapat pada salah satu dinding jalan. Karya seni ini mengombinasikan lukisan di dinding dengan produk sepeda sungguhan sehingga menarik banyak wisatawan untuk dijadikan objek foto. Keberadaan karya-karya seni ini menjadikan George town menjadi kota tua yang artistik nan unik, layaknya kota Pelajar di Indonesia, Jogyakarta.
Meskipun kota ini tua, transportasi umumnya sudah sangat bagus. Terdapat banyak bus umum yang kondisinya sangat baik dan modern. Dengan bus ini, wisatawan dapat mengunjungi berbagai tempat  yang pada umumnya adalah tempat-tempat ibadah.

@dwilestarin

Biar Jakarta Nggak Banjir

"Bikin sensor buat orang yang buang sampah sembarangan di sungai, jadi langsung ketauan."

Itulah sepenggal ide anak-anak Panti Asuhan Al-Andalusia untuk mengatasi banjir di Jakarta. Banjir memang hal yang tak bisa dipisahkan dari Ibu Kota. Kondisi geografis dan tata kotanya yang sangat padat membuat air sulit diserap tanah ketika hujan tiba. Belum lagi sungai-sungai yang dipenuhi sampah dan rendahnya kesadaran penduduk untuk mengelola saluran resapan air. Alhasil, Jakarta menjadi salah satu kota banjir di Indonesia.

Suatu pagi anak-anak ini menyaksikan video tentang banjir di Jakarta. Sadar karena tinggal di ibukota, anak-anak Panti Asuhan Al-Andalusia turut memikirkan masalah ini meskipun bukan warga asli Jakarta. Setelah video selesai, mereka kemudian berdiskusi satu sama lain memikirkan solusi untuk masalah tersebut.

Membuat sensor di pinggir sungai adalah salah satu ide yang cukup menarik perhatian. Tujuannya, jika ada orang yang buang sampah sembarangan di sungai akan langsung terdeteksi dan dapat diberi sanksi. Meskipun mereka belum dapat memikirkan mekanisme yang lebih rinci tentang ide tersebut, setidaknya kreativitas mereka memunculkan ide perlu diapresiasi.

Selain itu ada pula yang berinisiatif menggusur penduduk yang tinggal di bantaran sungai supaya wilayah resapan sungai dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya.
"Yang punya ktp jakarta dikasih rusun, yang nggak punya suruh pulang kampung," ucap salah satu anak memberi solusi.

Tak cukup dengan menggusur, muncul pula ide untuk memperbesar pajak bangunan di Jakarta. Mengingat lahan yang sudah semakin sempit, semakin banyaknya bangunan yang berdiri di Jakarta tentunya akan membuat air akan semakin sulit meresap ke tanah. Jika pajaknya besar, pembangunan gedung-gedung di Jakarta dapat ditekan.

Apapun idenya, ternyata anak-anak ini mampu berpikir solutif. Beberapa dari mereka pun cukup rajin mengikuti berita ibukota sehingga ide-ide yang mereka keluarkan disertai dengan contoh-contoh yang mereka peroleh dari media.

Finding Peace in Holy Cities

What a precious moment when most people in a city spend all day long just to do praying in mosque everyday. That's what happen when visiting Mecca and Medina. All shops are closed every prayer time. All activity stop and People go to the mosque immediately. Those two cities are commonly known as the center of all muslim in the world to do the fifth pillar of Islam, Hajj and Umrah.

Holly cities for the prayer
Medina is the town of Prophet Muhammad SAW did hijrah to spread islam. He also died there. There is Nabawi mosque located in the middle of Medina where muslims from around the world come to do praying. This Mosque is the place where the grave of Prophet Muhammad SAW placed that called Raudhah. This mosque surrounded by many hotels to acommodate pilgrims spend their night. There are also many shops selling dates and souvenir. This mosque never sleep. It's crowded everytime.

454 kilometers in south Medina, there is Mecca, the city where pilgrims from all around the world do their main prayer in Masjid Al-Haram. It's also the place where Prophet Muhammad SAW was born. If people come to Mecca from Medina, they usually stop in Bir Ali to hava Miqat, one of the must-do prayer before arriving Masjid Al-Haram. In Masjid Al-Haram, people do their prayer for Hajj or Umrah like doing Tawaf and Sa'i.

Just like Nabawi, Masjid Al-Haram also surrounded by many Hotels. Even there are also some mall just in front of the mosque. The big number of pilgrims that spend their days in this city obviously create a great market for the country. Therefore, shopping might be the second things people can do after praying.

Muslim society
As the world's biggest moslem population, Indonesia contributes a big numbers of pilgrims to Saudi. Not only those who want to do Hajj or Umrah, but also who work as a labor. Therefore, Saudian warmly welcome to Indonesian. They understand Bahasa, especially who do trading around the mosque. Even they warmly accept Rupiah for the transaction.

Beside Indonesia and South East Asia, there are also many pilgrim from Egypt, Pakistan and other middle east country. Every country have their own style in using dress. People from Indonesia usually use a long white dress which separated into two peaces. While Saudian and other middle east country mostly use a long black dress. India have another different wear. They use a specific fabric just like their clothes. However, everyone do the same motion for praying.


Doing Hajj or Umroh is not just about doing prayer. Be in the middle of big number of the pilgrims and the various kind of culture that do praying together, it's also the moment to learn respect and practice the value of islam that people get from Quran. 


@kusdwilestarin

Jumat, 18 Maret 2016

'Api Kecil' di Balik Spidol

Saat itu saya duduk di bangku SMA kelas 2 di Yogyakarta. Karena merasa cukup terseok-seok di beberapa mata pelajaran, saya mengikuti les di salah satu bimbingan belajar. Di pelajaran kimia, tentor yang mengajar senang sekali memberi soal untuk dikerjakan siswa di papan tulis. Dan entah mengapa saya suka menawaran diri untuk mengerjakan di papan tulis. Bukan karena saya bisa mengerjakan, tapi karena saya suka pegang spidol dan menulis di papan white board.

"Kamu kok suka banget maju (mengerjakan soal)?" tanya Sang Tentor seraya mengamati. Dan saya jawab saja, saya suka nulis di white board. Selain itu, dengan mengerjakan soal di papan, saya bisa belajar dengan lebih ekslusif. Jika pekerjaan saya salah, saya jadi lebih mudah mengerti seperti apa yang benar. "Besok kamu jadi tentor aja," canda Sang Tentor. Dia pun kemudian mengajarkan saya cara menulis di papan yang benar setiap saya maju mengerjakan soal.

Moment itu menjadi semacam turning point saya untuk ingin mengajar. Sejak itu, jika sudah kuliah saya ingin jadi parttimer jadi tentor di bimbingan belajar. Tentunya supaya bisa pegang spidol dan menulis di papan.

Menulis dengan spidol di papan itu menyenangkan. Entah kenapa saya merasa tulisan saya satu tingkat lebih bagus bila menulis di papan. Selesai menulis saya suka melihat lagi hasil tulisan saya. Tidak terlalu rapi sebenarnya, tapi saya suka.

Niat saya tercapai ketika saya ditawari mengajar les privat saat kuliah semester 2. Saya suka ngajar, namun karena privat saya nggak bisa ngajar dengan nulis di papan layaknya tentor yang saya inginkan. Muridnya cuma satu, pakai kertas HVS dan pulpen pun cukup. Terlepas dari gagal pegang spidol, berhasil mengajarkan soal yang sulit bagi murid sehingga dia paham ternyata menjadi kesenangan tersendiri. Namun tetap saja, misi belum tercapai.

Keinginan ngajar dan nulis di papan tercapai saat saya mendapat tawaran parttime untuk ngajar penelitian di SMP. Walaupun tantangannya lebih besar harus mengondisikan siswa satu kelas yang kelakuannya macam-macam, saya suka. Yang penting saya nulis di papan.

Saya tak punya ketrampilan khusus untuk bisa mengajar dengan baik. Kalau bukan karena spidol, mungkin saya nggak punya keinginan mengajar. Sejak jadi pengajar di dalam kelas, saya pun belajar pula bagaimana mengajar yang baik. Beda jenjang sekolah yang diajar, beda pula karakter siswanya. Cara mengajar yang berhasil diterapkan di satu sekolah, belum tentu berhasil di sekolah lain. Karena itu, meski sudah beberapa kali mengajar, saya tetap merasa gugup setiap kali masuk ruang kelas. Namun itulah seninya mengajar.

Banyak yang bisa dipelajari dari kegiatan mengajar. Saya belajar dinamis karena harus selalu menyiapkan materi yang sesuai dengan karakter kelas. Saya juga belajar spontanitas karena harus siap dengan alternatif materi ketika materi yang disampaikan ternyata tidak menarik, sekaligus belajar sabar ketika tidak diperhatikan di dalam kelas. Dan itu semua saya dapat hanya gara-gara spidol.

@kusdwilestarin