Halaman

Minggu, 15 Oktober 2017

A Little Vacation for Andalusias Part 2

Minggu(16/4) jam 9 pagi, anak-anak Andalusia sibuk berlatih rebana di mushola. Setelah selesai, anak-anak perempuan bergegas kembali ke kamar dengan langkah tergesa-gesa.
"Mandinya bareng ya kak!" pinta Wiwin pada Linda. "Iya, bareng aja biar cepet," jawab Linda.

Sembari mengantri yang lain mandi, sebagian anak lain sibuk di depan almari mencari baju yang akan mereka pakai. Hari itu, anak-anak perempuan Andalusia akan keluar asrama. Mereka bersiap untuk liburan ke Kota Tua.

Usai mandi, Icha, Sini, Sarah, Dian, Wiwin, Linda, Dinda, Putri, dan Rini menenteng tas dan ransel mereka masing-masing. Sembilan anak ini terbagi menjadi dua grup untuk perjalanan dengan taksi online ke kawasan Kota Tua.

Sampai di Kawasan Kota Tua, tempat pertama yang dituju adalah Museum Bank Indonesia. Namun, niat melihat-lihat sejarah uang Indonesia harus kandas karena Museum ditutup untuk kepentingan khusus. Anak-anak perempuan ini pun melanjutkan langkah mereka ke dalam kompleks Kota Tua.

Kota Tua tak pernah sepi pengunjung. Anak - anak saling merapat supaya tak terpisah satu sama lain. Memasuki Kompleks Kota Tua, anak - anak disuguhi dengan para pedagang yang menjual beragam makanan dan pernak - pernik di pinggir jalan. Ada pula para seniman jalanan dengan kostum - kostum unik yang mengundang pengunjung untuk foto bersama.

Museum Fatahillah
Sampai di tengah lapang Kota Tua, anak - anak mulai berunding untuk menentukan museum mana yang akan mereka kunjungi. Mereka pun melangkah ke Museum Fatahillah. Di museum ini anak-anak melihat berbagai benda kuno peninggalan sejarah. Ramainya pengunjung yang padat hari itu tak mengurangi semangat mereka untuk menyimak koleksi museum satu demi satu.

"Di sini teh katanya ada penjara bawah tanahnya, cari yuk!" ucap Linda pada teman - temannya. Satu hal dari Museum Fatahillah yang menarik perhatian anak - anak ini memang adanya penjara bawah tanah yang pernah mereka dengar dari teman - teman mereka. Mereka pun menemukan penjara bawah tanah setelah memasukin bagian belakang museum. Setelah puas menyusuri ruang penjara satu per satu, mereka pun menyudahi penjelajahan di Museum Fatahillah.

Keluar dari Museum Fatahillah pandangan mata anak - anak perempuan tertuju pada para pengunjung yang berlalu lalang menggunakan sepeda yang disewa di sudut - sudut Kota Tua. Mereka pun kemudian menjajal bersepeda keliling Kota Tua lengkap dengan asesoris topi bundar dengan warna senada dengan sepeda mereka. Meski lelah karena bersepeda di siang hari yang terik, ekspresi puas
tak terelakkan dari wajah mereka.

Museum Wayang
Setelah cukup berkeringat, anak - anak bergegas menuju Museum Wayang di sudut Kota Tua yang lain. Di lorong pintu masuk, anak - anak disambut dengan serangkaian wayang dalam kisah Ramayana lengkap dengan urutan ceritanya. Memasuki museum semakin dalam, mereka menemukan beragam jenis wayang dari seluruh Indonesia. "Ternyata wayang itu ada banyak ya?" celoteh Wiwin sembari mengamati koleksi wayang dari Jawa Barat. Beranjak ke lantai 2, anak - anak menemukan koleksi wayang dari negara - negara lain. "Wayang luar negeri serem - serem ya?" celetuk Icha saat melihat koleksi wayang asal China.

Tak cukup hanya melihat - lihat koleksi wayang, mereka pun memasuki ruang pertunjukan wayang dan melihat Sang Dalang memainkan para tokoh wayang. Meski tak cukup paham dengan cerita yang sedang dimainkan, anak - anak tetap tertarik menyaksikan pertunjukan wayang karena ini adalah pengalaman pertama mereka.


@kusdwilestarin