Halaman

Kamis, 21 September 2017

Sunarti Kuswiryono

Sunarti bukan satu-satunya wanita yang pernah singgah di hati Kuswiryono
Sunarti cantik, tapi ia bukan wanita yang paling membuat lelaki tak cukup tampan itu jatuh cinta
Sunarti hanya gadis desa yang tak cukup pandai menghangatkan pembicaraan
Lalu mengapa harus Sunarti?

Kuswiryono bukan satu-satunya lelaki yang pernah mengalihkan perhatian Sunarti 
Kuswiryono mapan, tapi lelaki lain yang mendekatinya mapan dan tampan
Kuswiryono anak tertua seorang janda dengan tujuh adik yang harus dibiayainya
Lalu mengapa harus Kuswiryono?

Ternyata bukan tentang seseorang yang cukup membuatnya jatuh cinta
Kuswiryono butuh seseorang yang dapat bertahan dengan kondisi sulitnya
Ternyata bukan tentang seseorang yang mapan dan tampan
Sunarti butuh seseorang yang dapat membimbing keapadaannya

Berasal dari desa, Sunarti datang dengan nilai keteguhan hati dan kesabaran
Pun Kuswiryono yang menjadi tulang punggung keluarga, ia datang dengan kemandirian

Lalu mengapa harus Sunarti Kuswiryono?
Karena Tuhan mau demikian
Tuhan hadiahkan rasa cinta yang sebenarnya atas kebijaksanaan keduanya



@kusdwilestarin

Minggu, 10 September 2017

Let Yourself Answer Your Problems

Kadang kalau lagi punya beban pikiran rasanya udah kaya yang paling berat aja hidupnya, padahal cuma nggak tau aja masalah orang lain kaya apa.

Bersama teman-teman pesantren Al-Mujib, Cangkringan, Sleman, saya coba minta mereka cerita masalah real yang mereka alami dan ayat Quran mana yang pada akhirnya mereka temukan sendiri untuk menjawab masalahnya sendiri. 

Hasan adalah anak pertama yang mengajukan diri untuk cerita. Buatnya, masalah terpelik hidupnya adalah kemampuan untuk menelaah pelajaran di kelas. Ketika teman-temannya bisa mengajukan pertanyaan untuk berdiskusi dengan dosen, dirinya hanya bisa diam karena merasa tak menguasai materi yang sedang didiskusikan. Lalu apa kata Quran? Iqra,  jawabnya. Di Surah Al Alaq ayat pertama sudah mengajarkan manusia untuk membaca, yang lebih jauh dimaknai dengan belajar. Hasan pun mengaku bahwa mungkin ia kurang belajar, dan harus meluangkan waktu yang lebih banyak untuk mengejar ketertinggalannya dari teman-temannya.

Setelah Hasan, kemudian Cindy turut bercerita. Baginya, hal yang kadang mendatangkan kegalauan adalah hubungannya dengan teman-teman satu asrama yang tidak selamanya baik. Ia merasa terkadang temannya tak menyukainya, walaupun ia tak paham kenapa. Seperti Hasan, Cindy juga dapat mengungkapkan ayat Quran mana yang ia temukan untuk menjawab masalahnya.

Dari cerita tadi, sebenarnya mereka paham apa masalah mereka dan bagaimana mengatasinya berdasarkan Quran. Hanya saja, terkadang pemahaman ini adalah pemahaman yang tidak disadari. Baru setelah ada yang bertanya, mereka mencoba menyusun sistematika pemecahan masalah untuk menjawab pertanyaan. Dengan cerita, temen lain yang punya masalah yang sama menjadi termotivasi, at least ngrasa ngga sendirian. Dan yang masalahnya ngga seberat yang lain jadi pun lebih bersyukur.

Saat bertanya, saya tahu mereka punya kapasitas untuk bisa menjawab pertanyaan saya. Justru saya bertanya karena memang saya nggak ngerti, jadi literally bertanya untuk mencari insight dari cerita mereka. Saya mungkin bisa mendefinisikan beban pikiran saya, tapi mencari Ayat Al Quran untuk menjawabnya rasanya tak sepandai Hasan dan Cindy. 

@kusdwilestarin

Sabtu, 02 September 2017

Waerebo: Pesona Budaya Indonesia dari Tanah Flores

Nama Waerebo kian menjadi destinasi populer bagi para pecinta travelling. Desa yang terletak di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur ini menyuguhkan rumah adat yang bisa dikunjungi bahkan ditinggali oleh para wisatawan. Di desa yang identik dengan rumah-rumah kerucut ini, pengunjung dapat merasakan sensasi lingkungan tradisional yang erat dengan tradisi budaya penduduk asli setempat.

Perjalanan Panjang
Untuk mencapai Waerebo diperlukan perjalanan yang cukup panjang. Wisatawan yang datang dari luar Flores umumnya mendarat di Bandara Komodo, Labuan Bajo. Dari Labuan Bajo, diperlukan perjalanan darat selama kurang lebih lima jam dengan medan yang cukup 'memabukkan'. Setelah perjalanan darat menggunakan kendaraan, masih dilanjutkan dengan berjalan kaki menaiki bukit selama tiga jam. Lelah memang, namun rasa lelah segera terbayarkan ketika perjalanan sudah mulai melandai dan atap-atap kerucut mulai terlihat dari kejauhan.

Rasa lelah semakin tersingkir saat mencapai pos selamat datang sebagai penanda pintu masuk ke desa. Di pos ini, wisatawan diberikan pengarahan terlebih dulu oleh penjaga desa setempat terkait norma-norma adat yang perlu diperhatikan saat berada di lingkungan Waerebo.

Kopi dan Kayu Manis
Memasuki halaman desa, wisatawan akan disuguhi dengan rumput hijau yang di sudut-sudutnya terbentang bijih kopi dan kayu manis yang sedang dijemur. Seorang lelaki tua sesekali merapikan susunan bijih kopi dan kayu manis yang menjadi sumber penghidupan penduduk di sana. Di sudut lain, anak-anak kecil ramai berlarian di halaman tanpa ada rasa sungkan ketika wisatawan datang.

Wisatawan yang datang akan langsung disambut oleh pemandu untuk diajak memasuki rumah utama. Di rumah utama ini, wisatawan disambut oleh pemangku adat dengan ritual adat setempat untuk meminta izin kepada leluhur mereka atas kehadiran para pendatang. Setelah ritual penyambutan, wisatawan dipersilakan untuk masuk di rumah kerucut lain untuk menginap.

Rumah kerucut lima lantai
Desa wisata ini terdiri dari delapan rumah berbentuk kerucut beratap jerami hitam. Meski tampak kecil dari luar, rumah ini dapat menampung puluhan orang. Rumah ini terdiri dari lima lantai, dimana lantai dasar merupakan ruang utama yang bisa ditinggali hingga delapan garis keturunan. Di lantai dasar inilah tamu-tamu wisatawan dipersilakan untuk singgah dan menginap. Setiap tamu sudah disiapkan alas tidur, bantal, dan selimut yang disusun melingkari ruangan. Sementara itu, di tengah ruangan disusun bantal-bantal jerami kecil sebagai alas duduk untuk makan. Seluruh tamu yang singgah akan disuguhi makan pagi, siang, dan malam dengan masakan rumah ala desa mereka lengkap dengan kopi khas racikan ibu-ibu Waerebo.

Di tengah ruangan lantai dasar terdapat tangga vertikal dari bambu untuk menuju lantai atas. Di lantai dua dan tiga digunakan untuk menyimpan bahan makanan, lantai empat sebagai tempat menyimpan benih, dan lantai lima sebagai tempat bahan-bahan sesaji yang disebut langkar.

Meski berada di tanah Nusa Tenggara, suku asli Desa Waerebo ini berasal dari suku Minangkabau di Sumatera Selatan. Suku Asli yang bernama Suku Modo ini datang dari barat Indonesia berpindah-pindah hingga akhirnya menemukan dataran di Waerebo untuk menetap. Tak heran, rumah kerucut di desa ini memang cukup identik dengan rumah adat minangkabau.

Sekolah dan Kesehatan
Berada jauh dari pemukiman warga lain, anak-anak Desa Waerebo tak lantas tak sekolah. Dua kali dalam seminggu, datang guru dari desa terdekat untuk mengajar anak-anak. Untuk menunjang pembelajaran di Waerebo, di sudut bukit dibangun perpustakaan. Perpustakaan ini menampung buku-buku yang dibawa relawan ataupun wisatawan yang berkunjung ke Waerebo. Tak hanya pendidikan, kesehatan di Waerebo juga diperhatikan dengan adanya mantri yang siap berjaga di pos kesehatan yang letaknya bersebelahan dengan perpustakaan.