Halaman

Kamis, 03 November 2016

Menteri Jonan: BPH Migas Perlu Diperkuat

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menyampaikan bahwa keberadaan Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) perlu diperkuat. Hal itu disampaikan dalam kunjungannya ke BPH Migas pada Kamis (3/11).
"Setelah berdiskusi dengan Bapak-Bapak ini (Komite BPH Migas), saya merasa tugas BPH Migas ini memang penting. Terlebih akan ada upaya BBM satu harga," Ungkap Jonan saat memberikan pengarahan kepada seluruh staf BPH Migas. Jonan mengatakan bahwa karirnya selama dua puluh satu bulan menjabat sebagai Menteri Perhubungan memberikannya wawasan tentang proses distribusi migas di Indonesia yang memang tidak mudah.
Saat ditanya tentang RUU Migas yang hasilnya nanti akan berkaitan dengan keberadaan BPH Migas, Jonan berjanji akan berupaya untuk mempertahankan badan tersebut. "RUU itu kan nanti DPR, kita nggak tahu. Tapi saya akan usahakan yang terbaik." Papar Jonan.
Sejak menjabat sebagai Menteri ESDM, Ignasius Jonan mengagendakan untuk berkunjung ke unit-unit eselon I di bawah kementerian yang dipimpinnya untuk beramah tamah dan memberikan arahan.
Kunjungannya ke BPH Migas diawali dengan rapat terbatas dengan Kepala BPH Migas dan Para Komite dan dilanjutkan dengan pemberian pengarahan kepada seluruh staf BPH Migas.

3 Hal Penting Jadi Pemimpin

Satu hal paling penting yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin adalah kemampuan memberi contoh. Hal itu disampaikan oleh Menteri ESDM, Ignasius Jonan.

"Yang lain-lain boleh nggak punya, tapi ini harus. Jadi pemimpin harus bisa jadi teladan,"ungkap Jonan pada saat memberikan pengarahan kepada seluruh staf BPH Migas di Gedung BPH Migas.

Hal penting lainnya yang juga perlu dimiliki oleh seorang pemimpin adalah kemampuan untuk bertanya dan menyuruh. "Kan yang ngerjakan nanti orang lain, kalo ngga bisa itu, nanti gimana bisa tahu pekerjaan seperti apa," paparnya.

Jonan menuturkan bahwa menjadi pemimpin tidak ada alasan untuk tidak tahu atas segala hal yang berada di bawah tanggung jawabnya. Maka wajib bagi pemimpin untuk punya kemampuan bertanya dan menyuruh dengan cara yang cerdas supaya tidak menimbulkan tekanan bagi orang lain.

"Kadang orang mau tanya kan sungkan ya. Misal ada perempuan, kita mau tanya sudah punya suami atau belum, kan nggak enak kalau tanya langsung begitu, nanti tersinggung. Coba tanya, suaminya dines dimana mbak? Oh saya blm punya suami pak. Kan lebih enak," kelakar Jonan memberi contoh yang kemudian disambut dengan tawa oleh para staf.

Alumnus Universitas Airlangga ini mengaku tidak pernah mencatat semasa kuliah, namun selalu mendapat nilai yang baik karena bermodal catatan teman. Tanpa memandang sebelah mata orang-orang yang rajin dan tekun, Jonan ingin menunjukkan bahwa setiap orang punya cara masing-masing untuk mencapai tujuannya. "Yang penting kita melakukannya dengan akal sehat," pesannya.

Rabu, 02 November 2016

Bartering a Little Wishes

Sunday morning (30/10) at a dorm of orphans

As i guessed, the girls had a free time to do anything for themselves like washing clothes, ironing, or even take a nap. As I entered the girl's rooms and sat in some space in the corner, the girls greeted me then moved and sat around me immediately.

We discussed their homework for appetizer, then had a fun long chat. They loved to share me anythings about their dorm, school, teacher, and their hobbies. 

"Do you like novel?" Icha asked me then told me how they love to read novel but only have few of it given from visitors. They often borrow novel from their schoolmate or school library.

I said I read some, but i don't have much. "I have a novel in my room if you want to read, but written in English," I offered.

Yahh.. I heard girls muttered. "Don't you have the common novel in bahasa?" Linda wished. She told me they rarely get books that meets their desire. "Look, we actually have a few books but no one read them," Linda said while pointed to a desk. She took one of the book and showed it to me. She showed me a novel written in English by Michael Scott, The Magician. "We also have a novel written in English, but we don't read it because we don't understand. We even don't know what this novel about." Linda explained the book she brought.

"Hmm, it seems a great fantasy novel," i said while taking the book. I actually don't really know about that novel. But read it in glance i got what this book probably about. "This book is really good for learning English." Still hold and open some pages, i said that this book must have a great story just like another Harry Potter, my favorite novel.

"Ya, but we don't understand," Icha said. "You can have it if you like," she then offered me. 

"Yaa, it would be more useful if you read it than just stay on our desk," Linda added. Then others girls followed saying yaa indicated there's no objection at all. 

I gave a little smile, but actually I felt so pleased. This kind of novel was just my cup of tea. I ever though what else i can read after finished the latest novel of Harry Potter. I need another fantasy literature, but have no idea.

"Well, so what novel you love to read actually?" I asked them switching the topic.

"I love Tere Liye's," Icha mumbled with a dreaming expression while clapped her hand in front her chest. And her sound followed by other girls that in line with her.

"Tere Liye? You love his books?" 

"Yaa! I'd read some and i love it," Icha answered enthusiastically. "Tentang Kamu is the latest novel. But I still wait the school to have it so I can borrow."

Surprisingly, the other girl love that novel too, and they shared me the story about Tere Liye's novel they already read. Thought it would be good if they completed their desk with a novel the love.


***

You don't care, unless you're really there - Rene Suharsono

@dwilestarin / @kusdwilestarin