Halaman

Rabu, 21 Maret 2018

Kawah Ijen: Surga Bagi Petualang dan Penambang Belerang

Waktu menunjukkan jam satu malam, namun pos keberangkatan pendakian ke Gunung Ijen justru semakin ramai pendaki. Mereka sengaja melakukan pendakian di malam hari demi menyaksikan blue fire, satu dari dua fenomena api biru di Dunia.

Ya, hanya ada dua blue fire di dunia, di Islandia dan Indonesia. Fenomena api biru di Indonesia dimiliki oleh kawah Gunung Ijen yang terletak di Banyuwangi, Jawa Timur. Blue fire hanya dapat disaksikan pada tengah malam hingga sebelum fajar. Tak heran, pendakian justru lebih ramai di malam hari.

Surga Petualang
Pendakian ke gunung berketinggian 2443 meter ini umumnya dapat ditempuh selama dua hingga tiga jam dari Pos Patulding di kaki Gunung Ijen. Tak perlu khawatir jika merasa bukan pendaki gunung sejati karena medan pendakian tak terlalu berat. Pun jika tak sanggup mendaki sampai puncak, masih ada alternatif lain yaitu dengan menumpang gerobak dorong milik penambang batu belerang.

Di sepanjang perjalanan, pendaki akan sering berpapasan dengan para penambang yang turun gunung dengan gerobak dorong berisi batu belerang. Saat mendaki, gerobak dorong mereka menjelma menjadi angkutan bagi para pendaki yang tak ingin lelah berjalan kaki. Tentunya dengan ongkos yang tak murah.

Sampai di puncak, perjalanan dilanjutkan dengan menuruni kawah. Di titik ini, aroma belerang semakin kuat, dan pendaki diwajibkan mengenakan masker untuk mengantisipasi bahaya gas sulfur. Medannya pun lebih berat, jalurnya sempit dan curam. Jika berpapasan dengan para penambang yang memanggul batu belerang, pendaki harus berhenti dan memberikan jalan untuk mereka.

Setelah menuruni kawah selama satu jam, nyala api berwarna biru keunguan mulai terlihat. Saat itulah perjalanan panjang yang melelahkan akan terbayar. Puas-puaslah mengabadikan si api biru, namun jangan terlalu lama agar tak sesak nafas.

Kembali dari kawah, pendaki bisa istirahat sambil menikmati matahari terbit di puncak Ijen. Saat matahari mulai tampak, akan tampak pula pemandangan kaldera terluas di pulau jawa. Kaldera berdiameter 6 km ini menampakkan warna hijau kebiruan berbalut kabut yang mulai mengurai. Eksotis!

Surga Penambang Belerang
Selain pendaki yang singgah untuk menikmati pemandangan gunung dan kaldera, puncak ijen juga ramai oleh para penambang. Di puncak, batu belerang yang diangkut dengan dipikul dari kawah umumnya dikumpulkan dulu di puncak. Dari puncak, batu-batu itu diangkut dengan gerobak dorong ke kaki gunung.

Dalam sehari, para penambang umumnya mampu mengangkut hingga 80 kg belerang. Meski pekerjaannya berat dan berbahaya, para penambang naik turun gunung tanpa alat pengaman yang memadahi. Meski ada kewajiban mengenakan masker saat turun kawah, banyak penambang yang tak menggunakannya. Beberapa dari mereka hanya membalutkan kain kaos di wajahnya.

Meski berat dan berbahaya, menambang batu belerang nyatanya tetap menjadi mata pencaharian yang terus ditekuni warga sekitar Gunung Ijen. Dalam sehari, mereka dapat penghasilan sekitar 200-300 ribu untuk batu yang berhasil diangkut. Batu-batu belerang itu kemudian digunakan untuk bahan baku di beberapa industri. Beberapa penambang yang kreatif mengumpulkan serpihan-serpihan batu untuk diukir menjadi souvenir yang dijual ke para pendaki untuk menambah penghasilan. Jika mereka mengangkut pendaki ke puncak, penghasilan mereka bertambah lagi hingga 500 ribu. Penghasilan ini jauh lebih menjanjikan daripada menggarap ladang, pekerjaan mereka sebelumnya.

@kusdwilestarin





Senin, 12 Maret 2018

Berkeliaran ke Baluran

Sering disebut sebagai Africa Van Java, Taman Nasional Baluran memang seperti daratan di belahan dunia lain. Padang gersang luas dengan hewan-hewan yang bebas berkeliaran di sekitarnya sering diimajikan layaknya sabana Afrika.

Terletak di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Taman Nasional Baluran menyuguhkan sensasi piknik yang unik. Jika umumnya melihat beragam hewan di kebun binatang buatan, di Baluran pengunjung akan melihat hewan-hewan berkeliaran secara bebas di padang luas. Tak ada rantai atau tempat tinggal buatan. Hanya ada tanah tandus, rumput gersang yang kecokelatan, dan beberapa pohon. Di sudut sabana, terbentang gunung yang menyempurnakan lanskap Taman Nasional ini.

Lokasi Taman Nasional Baluran berdekatan dengan pantai. Jika datang pagi buta, pengunjung bisa mampir ke Pantai Bama untuk menikmati matahari terbit. Setelah hari sudah mulai terang, barulah berpetualang ke padang sabana. Selain bisa menikmati sunrise, menikmati Baluran di pagi hari adalah waktu yang paling tepat karena matahari belum terlalu tinggi sehingga tidak terlalu panas.    Pengunjung bisa menyaksikan hewan-hewan memulai aktivitas mereka seperti merumput atau sekedar berlarian bersama kelompok mereka.

Perjalanan ke Banyuwangi ditempuh selama enam jam dari Surabaya. Bagi pencari piknik yang ingin ke Baluran dan dapat sunrise disana, bisa mulai perjalanan darat dari Surabaya di malam hari sehingga sampai di Banyuwangi sekitar subuh. Jika hanya ingin menggunakan libur akhir pekan, mulailah perjalanan di jumat malam supaya ada lebih banyak waktu untuk singgah di destinasi lain di Banyuwangi. Selain Baluran, Banyuwangi juga punya Gunung Ijen dengan blue fire yang iconic, dan juga pesona bawah laut yang tak kalah menarik.

@kusdwilestarin