Halaman

Minggu, 30 Desember 2018

Singapura: Piknik Hemat Harus Cermat

Negara tetangga seperti Singapura sering jadi alternatif destinasi liburan bagi banyak orang Indonesia. Kenapa? Karena terbang ke negara ini lebih murah daripada ke destinasi traveling domestik.

Selain ongkos terbangnya yang murah, Singapura memang punya banyak titik wisata yang bebas biaya dan sangat tourist friendly. Negara ini sudah sangat maju dalam hal transportasi massal. Destinasi manapun bisa dijangkau hanya dengan MRT. Informasi petanya bisa dengan mudah ditemukan di google, dan kartu MRT pun bisa didapat langsung di bandara.

One Stop Landmarks
Titik wajib bagi yang pertama kali ke Singapura tentunya Merlion Park, landmark Singapura yang sudah sangat melegenda. Untuk ke tempat ini, cukup gunakan MRT dan berhenti di Stasiun Raffles Place. Dari Merlion Park akan terlihat gedung-gedung iconic Singapura seperti Marina Bay Sand dan Art Science Museum. Selain berfoto dengan background kepala singa, wisatawan juga bisa mencoba sensasi Singapore River Cruise yang tersedia di salah satu sisi Merlion park.

Dari Merlion Park, lanjutkan eksplorasi dengan berjalan ke arah Esplanade Bridge, kemudian melewati Helix Bridge. Jika ingin dapat foto yang paripurna, atur waktu traveling supaya bisa melewati jembatan ini pada sore atau malam hari. Helix Bridge akan terlihat lebih menawan dengan lampu-lampu yang berkilauan.

Dari ujung Helix Bridge, akan terlihat pohon-pohon buatan yang menjadi icon Garden By The Bay. Masuk ke kebun buatan ini tak berbayar. Wisatawan bisa dengan bebas berfoto di halaman sekitar. Namun jika ingin naik ke atas 'pohon', akan ada tiket yang harus dibeli di loket. Setiap hari jam delapan malam, akan ada light show dari pohon-pohon buatan secara gratis di halaman Garden By The Bay.

Jika saat di Merlion Park sudah melihat Marina Bay Sand dan Art Science Museum dari jauh, sempatkan untuk masuk ke bangunan megah itu. Marina Bay Sand dan Art Science Museum terintegrasi dalam satu bangunan, sehingga keduanya bisa dijangkau sekaligus. Di Art Science Museum wisatawan akan disuguhi beragam hasil karya seni berbasis science yang sangat menarik untuk berfoto.

Jika suka karya seni, mampirlah ke National Gallery of Singapore yang bisa dijangkau dengan MRT dan berhenti di Stasiun City Hall. Di galeri seni ini dipamerkan karya-karya seni berkelas dunia. Yang membanggakan, di antara karya-karya yang dipamerkan, ada banyak nama seniman Indonesia di sana.

Wisata Etnis
Selain kaya akan ikon-ikon kota, Singapura juga kaya akan wisata etnis seperti Chinatown, Kampung Bugis, Haji Lane, dan Little India. Masing-masing lokasi pada umumnya sama-sama ramai oleh para penjual souvenir, makanan khas, dan penginapan. Di Chinatown, layaknya kampung cina pada umumnya, akan banyak toko dengan ornamen-ornamen berwarna merah di sepanjang jalan. Sedangkan di Little India, ada banyak kuil yang menjadi daya tarik wisatawan.

Di sisi lain, Haji Lane menawarkan cafe-cafe unik yang sangat sayang dilewatkan untuk berfoto. Haji Lane berada di kawasan yang didominasi oleh etnis arab. Tak jauh dari kawasan Haji Lane terdapat Masjid Sultan, salah satu masjid legendaris di Singapura yang ramai dikunjungi wisatawan.

Pulau Hiburan
Destinasi favorit lain di Singapura adalah Sentosa Island, pulau buatan yang memang diperuntukkan sebagai kawasan hiburan. Di pulau inilah ada Universal Studio dan banyak wahana lainnya. Selain Universal Studio, salah satu atraksi favorit di Sentosa Island adalah pertunjukkan Wings of Time, pertunjukkan musikal yang dikolaborasikan dengan teknik digital canggih di tepi laut.

Meskipun disebut pulau, ke Sentosa Island tak butuh kapal untuk menyeberanginya. Wisatawan bisa menggunakan MRT ke Harbour Front dan berganti dengan Monorail yang disebut Sentosa Ekspress.

Wisata Alam
Puas dengan city tour, sempatkan untuk menikmati wisata alam yang tak jauh dari kota di Mount Faber Park. Meski akan butuh hiking, Mount Faber Park sudah dilengkapi dengan jalur pejalan kaki yang landai.

Kawasan bukit di Singapura ini sangat luas, sehingga ada banyak pilihan titik masuk untuk wisatawan. Salah satu cara yang mudah bisa dimulai dari Henderson Wave, jembatan pedestrian tertinggi di Singapura yang sangat iconic. Untuk mencapai jembatan ini, wisatawan bisa mengandalkan MRT ke Stasiun Harbour Front, lalu berganti bus ke arah Henderson Road. Sampai di halte Henderson Road, akan ada anak tangga menuju Henderson Wave.

Harus Cermat
Meski tiket murah dan banyak destinasi gratis, piknik ke Singapura tetap harus direncanakan dengan baik jika tak ingin ongkos liburan membengkak. Living cost di Singapura bisa dibilang lebih mahal dari Indonesia ataupun Malaysia. Jika ingin menginap dengan hotel standard, harus siap-siap keluar budget lebih banyak. Ongkos untuk menginap di hotel biasa di sana setara hotel berbintang di Indonesia.

Jika ingin hemat biaya menginap, umumnya para backpacker mencari penginapan dengan kamar dormitory atau menyewa apartemen. Selain itu, carilah hotel yang dekat dengan stasiun MRT karena akan menghemat transportasi.

@kusdwilestarin

Sabtu, 29 Desember 2018

Piknik Niat ke Raja Ampat

Kenapa piknik niat? Karena piknik ke destinasi wisata di ujung timur Indonesia ini memang harus lebih 'niat' baik dari segi waktu maupun ongkos.

Dari segi waktu, jelas perjalanan ke Raja Ampat ini butuh waktu yang nggak singkat. Butuh setidaknya empat jam dari Jakarta ke Sorong jika menggunakan penerbangan langsung. Jika transit, tentu akan butuh waktu lebih lama lagi. Penerbangan yang ideal menuju Sorong adalah malam hari. Wisatawan akan sampai di Bandara Dominique Edward Osok pada dini hari yang tentu akan menghemat biaya. Wisatawan bisa langsung melanjutkan perjalanan ke Raja Ampat tanpa harus menginap.

Menuju Raja Ampat
Dari Sorong, perjalanan ke Raja Ampat dimulai dari Pelabuhan Rakyat yang letaknya tak jauh dari bandara. Jika tak menyewa kendaraan atau mengikuti paket wisata, ada angkutan umum yang beroperasi di depan bandara yang bisa mengantar pengunjung sampai ke Pelabuhan Rakyat.

Di pelabuhan akan terlihat kapal-kapal feri berjajar dengan beragam tujuan. Umumnya, penumpang yang ingin berwisata akan mengambil jurusan Pulau Waisai. Pagi hari, pelabuhan sudah ramai oleh banyak orang. Namun tak perlu khawatir tak dapat tempat duduk. Tiket kapal feri ini layaknya boarding pass yang bertuliskan nama penumpang lengkap dengan nomor tempat duduknya. Jadi selama tiket masih tersedia, ketersediaan tempat duduk di dalam kapal pasti terjamin. Sampai di Waisai, perjalanan belum selesai. Pulau ini hanyalah pulau besar yang menjadi pelabuhan transit untuk menuju ke titik-titik wisata. Untuk bisa berkeliling Raja Ampat, perlu sewa speedboat yang ongkosnya tak murah. Untuk itu, berwisata dengan rombongan sangat direkomendasikan supaya lebih hemat.

Ragam Spot
Di Raja Ampat, ada beragam spot yang semuanya punya daya tarik juara. Jangan lewatkan berfoto di Teluk Kabui. Spot ini menyuguhkan gugusan karang-karang hijau yang berdekatan di antara lautan. Dari Teluk Kabui, speedboat akan bergerak ke spot selanjutnya melewati celah kecil di antara dua pulau. Sempatkan untuk naik ke atas speedboat dan merasakan sensasi melewati lorong kecil diantara tebing karang ditemani angin laut yang segar. Menakjubkan!

Salah satu destinasi utama Raja Ampat adalah Pianemo, spot favorit yang menyuguhkan pemandangan laut dari atas bukit. Diperlukan sedikit trekking di lokasi ini. Namun sudah tersedia anak tangga lengkap dengan pegangan tangan dari kayu sehingga wisatawan akan menaiki bukit dengan aman.

Jika trekking di Pianemo dirasa kurang menantang, cobalah berlayar ke Wayag. Sama halnya Pianemo, spot ini menawarkan pemandangan laut dengan gugusan karang dari atas bukit. Hanya saja, untuk menaiki bukit di Wayag diperlukan tenaga ekstra. Tempat ini belum dilengkapi dengan anak tangga dan pengaman. Pendakian bukit dilakukan secara manual dengan memanjat terjalnya dinding karang. Bukitnya pun lebih tinggi dari Pianemo, sehingga perlu waktu cukup lama untuk sampai ke puncak. Namun semua keringat yang dikeluarkan akan segera terbayarkan ketika sampai di puncak. Gugusan karang-karang berjajar indah di antara air laut yang hijau jernih. Puas!

Selain pemandangan dari atas bukit, Raja Ampat juga punya pantai yang iconic seperti Pasir Timbul. Seperti namanya, pantai ini hanya terdiri dari gundukan pasir yang timbul di tengah laut. Mampirlah ke spot ini di sore hari dan rasakan sensasi berfoto saat matahari terbenam di pantai ini.

Berwisata di lautan tak lengkap jika tak menyempatkan berenang dan mengintip keindahan bawah laut. Di salah satu sisi Raja Ampat terdapat spot underwater menarik yang akan mengajak wisatawan untuk berenang dengan anak-anak hiu. Tak perlu khawatir akan berbahaya, yang datang ke bibir pantai hanya anak-anak hiu, induknya tak turut serta.

Mengelilingi Raja Ampat tak akan cukup sehari. Wisatawan bisa bermalam di Arborek, salah satu kampung di Raja Ampat yang menyediakan banyak homestay. Jika beruntung, tamu homestay bisa dapat kamar yang menghadap langsung ke bibir pantai dan bisa menyaksikan sunset hanya dari balkon kamar. Homestay di pulau ini umumnya hanya terdiri dari bilik-bilik kamar dari kayu yang berisi kasur dengan kelambu. Meski sederhana, bermalam di Arborek akan memberikan sensasi back to nature. Jika senang berinteraksi dengan penghuni lokal, wisatawan bisa sedikit jalan-jalan ke sekitar kampung dan melihat kehidupan warga di sana. Karena sering dikunjungi untuk bermalam, warga Arborek cukup ramah dengan para wisatawan. Bahkan, anak-anak disana tak sungkan diajak berenang bersama di pantai.

Rencanakan piknik
Seperti yang tadi sedikit dibahas, piknik ke Raja Ampat selain harus niat dari segi waktu, juga harus niat dari segi ongkos. Supaya budget terukur, piknik dengan transportasi laut perlu perencanaan trip yang disesuaikan dengan jumlah orang. Jika solo traveling atau hanya dengan sedikit teman, sangat dianjurkan untuk mengikuti open trip yang banyak ditawarkan di sosial media. Sebab, menyewa speedboat untuk berkeliling Raja Ampat butuh biaya yang cukup mahal. Jika mengikuti open trip, wisatawan tak perlu lagi memikirkan transportasi dan akomodasi untuk sampai ke Raja Ampat. Sampai di bandara, wisatawan akan langsung disambut pemandu wisata dan semua sudah tersedia. Selain lebih hemat dan aman, bergabung dengan open trip memberikan pengalaman bertemu dengan orang-orang baru. Namun jika punya grup cukup besar setidaknya lebih dari lima orang, menyewa speedboat dan homestay sendiri mungkin akan lebih hemat karena tak perlu memberi tip untuk pemandu dan bisa menentukan destinasi sesuka hati.

@kusdwilestarin

Flash info:
Tiket kapal feri Sorong - Waisai : 200ribu (oneway)
Sewa boat sekitar 6 juta sehari
Homestay standard sekitar 150rb-350rb
Opentrip standard 3 hari sekitar 3,5 juta (biasanya udah all in start/finish bandara)
Kartu lingkungan : 500ribu

Selasa, 06 November 2018

Angklung Udjo: Cultural Experiences in One Show

Tak hanya tentang angklung, tapi juga wayang dan tari-tarian tradisional Indonesia. Penonton pun tak sekedar duduk menyaksikan pertunjukkan, tapi juga turut bermain angklung dan menari bersama di panggung.

Layaknya Bali yang punya Tari Kecak atau Yogyakarta yang punya Sendratari Ramayana sebagai pertunjukkan khasnya, Bandung pun punya Saung Angklung Udjo. Pertunjukkan tradisional yang didirikan oleh Udjo Ngalagena ini menyuguhkan beragam kesenian budaya Indonesia yang dipadukan dengan alat musik khas Sunda, Angklung. Pertunjukkan yang berdurasi dua jam ini dimainkan seluruhnya oleh anak-anak. Tak heran, pertunjukkan Saung Angklung Udjo hanya dilakukan pada sore hari setelah anak-anak pulang sekolah.

Ragam Pertunjukkan
Pertunjukkan terdiri dari beberapa segmen yang diawali dengan demo Wayang Golek lengkap dengan ikon Si Cepot yang dimainkan oleh Sang Dalang. Karena hanya demo, pertunjukkan wayang Sunda ini hanya berdurasi sepuluh menit dengan cerita yang ringan dan jenaka.

Setelah Wayang Golek, pertunjukkan dilanjutkan dengan Helaran, salah satu tarian tradisional Sunda. Sekelompok penari memasuki panggung dengan memanggul seorang anak kecil yang duduk di atas bangku dari bambu. Sementara itu, penari lain menari dengan iringan angklung yang riang. Dulu, Helaran menjadi pertunjukkan tradisional untuk upacara khitanan anak. Supaya Sang Anak lupa akan rasa sakit setelah dikhitan, diberikan hiburan tari-tarian yang riang gembira.

Setelah Helaran, pertunjukkan dilanjutkan dengan Tari Topeng. Tarian khas Sunda ini ditarikan oleh dua orang anak perempuan yang juga diiringi dengan Angklung dan gamelan sunda. Ciri khas tari topeng terletak pada karakter yang dibawakan Sang Penari. Saat mengawali tarian, para penari menari tanpa menggunakan topeng dengan gerakan yang lembut. Saat topeng mulai digunakan, penari menari dengan gerakan garang sesuai karakter topeng yang dipakainya.

Setelah beragam tarian dipentaskan, selanjutnya giliran gamelan dan Angklung menjadi tokoh utama pertunjukkan dengan tajuk Angklung Orkestra. Pertunjukkan spesial Angklung ini membawakan lagu-lagu daerah di Nusantara. Tak hanya itu, Angklung Orkestra juga memainkan lagu-lagu populer tanah air. Penonton pun tak sedikit yang turut bernyanyi seiring dengan alunan musik angklung.

Setelah dimanjakan dengan beragam pertunjukan, tiba saatnya penonton turut berpartisipasi dalam bermain Angklung. Masing-masing penonton mendapatkan satu buah Angklung yang dibagikan oleh Para Penari. Masing-masing Angklung yang dipegang penonton memiliki nada yang berbeda-beda sesuai dengan kode angka yang tertempel di Angklung. Kode angka 1 hingga 7 pada Angklung menunjukkan nada yang dihasilkan oleh Angklung yang dipegang masing-masing penonton. Setelah semua orang mendapatkan Angklung, Sang Pembawa Acara mulai menjelaskan cara mainnya.

Tak butuh waktu lama bagi penonton untuk menyelaraskan nada. Sang Pembawa Acara pun mulai mengomando dengan gerakan tangan yang diikuti bunyi Angklung dari kursi Penonton. Setelah beberapa nada dibunyikan, terdengar suara Penonton yang turut menyanyikan lagu. Seluruh penonton berhasil memainkan lagu dengan Angklung. Menyenangkan bukan?

Setelah puas dengan bermain Angklung berjamaah, pertunjukkan belum usai. Sebagai pertunjukkan pamungkas, para penari secara bergantian menarikan tari-tarian dari berbagai daerah di Indonesia. Dan di ujung acara, seluruh penari mengajak para penonton untuk turun ke panggung dan menari bersama. Semarak!

Flash info:
Jadwal pertunjukkan :
Weekday 15:00 WIB
Saturday 13:00 dan 15:00 WIB
Sunday    10:00, 13:00 dan 15:00 WIB
Ticket: 60K bisa beli langsung atau via Traveloka

Jumat, 04 Mei 2018

Ragam Karya Penuh Makna di NuArt Sculpture Park

Di boulevard Setra Duta Residence di Bandung, patung logam besar berbentuk telapak tangan berdiri megah. Dibaliknya, terdapat sosok manusia yang seolah menggambarkan hubungan manusia dengan Tuhan. Patung ini adalah patung Nyoman Nuarta yang akan dijumpai pertama kali oleh siapapun yang memasuki kawasan perumahan elit ini.

Melaju ke Jalan Setra Duta II, pengunjung akan menjumpai gerbang bertuliskan Nuart Sculpture Park. Di sini lah, beragam patung karya perupa asal Bali, I Nyoman Nuarta, dipamerkan. Sesuai dengan namanya, galeri ini mengusung konsep ruang pamer indoor dan outdoor. Galeri seluas 3 hektar ini dikemas sangat asri dengan halaman luas dan pepohonanan yang rindang.

Galeri Tiga Lantai
Di lobi utama, Devi Zalim (2015), patung berbentuk manusia perempuan tanpa rupa menyambut di tengah ruangan. Tangan kanannya memegang tongkat dengan celurit di ujungnya, sementara tangan kirinya memegang timbangan. Di bagian bawah, kakinya menginjak sosok manusia yang terbelit rantai. Karya ini dibuat Nuarta sebagai bentuk keresahannya akan keadilan yang terjadi di negerinya.

Di belakang patung Devi Zalim terdapat patung manusia dengan seekor burung di tangan kirinya. Tangan kanannya memegang pisau yang disembunyikan di belakang badannya. Tubuhnya seolah berai menjadi dua sosok. Durjana (2016), adalah patung yang dibuat Nuarta sebagai pemaknaan atas kepribadian manusia yang seolah baik, namun menyimpan maksud buruk di belakang.

Beranjak ke lantai 2 dan 3, pengunjung akan menemui lebih banyak lagi karya-karya estetis Nuarta. Secara keseluruhan, ada sekitar 300 karya yang dipamerkan. Seluruhnya dibuat menggunakan logam karena seniman lulusan ITB ini tak ingin merusak lingkungan dengan memahat kayu.

Selain ruang pamer, di lantai 2 juga terdapat studio mini untuk menyaksikan video-video yang berkaitan dengan karya-karya Nuarta. Salah satunya adalah dokumentasi pertunjukan teatrikan yang menggunakan karya-karya yang ada di galeri. Dengan menyaksikan video-video itu, pengunjung dapat lebih mengenal dan memahami beragam makna dari karya-karya yang dipamerkan.

Di sisi galeri yang lain, ada pula ruang workshop. Di waktu-waktu tertentu, pengunjung dapat belajar membuat patung layaknya seniman di ruang workshop yang disediakan. Tentunya dengan biaya tambahan di luar tiket masuk galeri.

Galeri di Alam Terbuka
Tak hanya di ruangan, Nuarta juga menggunakan halaman sebagai bagian dari ruang pamer. Beragam patung ditempatkan di tengah kebun yang ditata rapi. Salah satu karya yang menarik adalah Api Borneo (2016). Di karya ini, Nuarta dengan sangat baik menempatkan patung Orang Utan dengan ekspresi berduka dan beberapa patung pohon yang terbakar di tengah pepohonan asli di kebunnya yang hijau. Makna ironis sangat terbaca dari karya ini yang menggambarkan keprihatinan Sang Seniman atas kebakaran hutan yang terjadi di kalimantan.






@kusdwilestarin




Sabtu, 07 April 2018

Sugesti dari Teman Kecil

Pukul 6 pagi semua relawan berkumpul di halaman sekolah. Hari Jumat itu (23/3), sebanyak sebelas relawan dari beragam latar belakang profesi akan mengajar di SD Negeri Clapar, Hargowilis, Kulonprogo untuk Kelas Inspirasi Yogyakarta.

Saya ada disana. Sebelum kelas dimulai, kami membuat sesi opening di halaman sekolah untuk perkenalan. Anang menjadi juru bicara kami. Setelah memperkenalkan dirinya sendiri sebagai news anchor di salah satu stasiun televisi, dia memperkenalkan Ma'ruf sebagai motivator, fahmi sebagai product designer, Diah sebagai Arsiparis, Nonik sebagai Akupuntur, Tutun sebagai Arsitek, dan saya sebagai Analis di bidang migas.

Setelah berkenalan, kami mengajak mereka bernyanyi sambil membuat gerakan. Semua anak antusias. Saya pun tak mau kalah semangat untuk turut tarik suara. Saat turut bernyanyi, tiba-tiba pandangan saya menjadi berputar-putar. Mungkin cuma sebentar, pikir saya. Sayapun masih melanjutkan bernyanyi, namun dengan sedikit mengurangi gerakan. Setelah beberapa saat, pandangan justru semakin berputar kencang. Vertigo? tanya saya dalam hati.

Mulai kehilangan keseimbangan, saya memutuskan berhenti dan menuju ruang guru. Saya merebahkan badan di sofa dan memejamkan mata beberapa saat, tapi ternyata masih berputar. Sementara itu, opening akan segera selesai dan sesi kelas akan segera dimulai.

Sesi opening selesai, dan dilanjutkan dengan sesi kelas untuk jam pertama. Beruntungnya, saya tak punya jadwal mengajar di jam pertama. Berarti, saya masih punya waktu tiga puluh menit untuk mengembalikan keadaan. Entah, saya pun tak yakin apakah dalam tiga puluh menit saya sudah kembali normal.

Ada banyak kekhawatiran di kepala saya. Jika pandangan saya masih terus berputar, saya bahkan tak percaya diri untuk sekedar berdiri, apalagi mengajar di depan anak-anak? Tapi jika mundur di saat pelajaran sudah mulai, jadwal mengajar pasti kacau. Saya tentu akan menambah jam mengajar rekan yang lain. Padahal dengan jadwal mengajar yang sedang berjalan saja, masing-masing pengajar sudah harus mengajar lima kelas. Gimana kalau saya mundur?

Tiga puluh menit berlalu, kepala saya masih berkunang-kunang. tapi saya putuskan untuk tetap mengajar. Tak tanggung-tanggung, kelas pertama saya adalah kelas satu yang biasanya sulit diatur. Di Kelas Inspirasi sebelum-sebelumnya, bahkan dalam keadaan sehat pun saya kesulitan untuk mengondisikan kelas kecil, apalagi saat tidak fit?

Saya ambil ukulele dari dalam tas dan bergegas ke kelas. Masuk di kelas satu, saya mengucap salam kepada anak-anak. "Kita belajarnya sambil duduk di bawah ya, ibu gabisa berdiri lama-lama," ucap saya. Saya duduk bersila di salah satu sisi ruang kelas sambil bersandar di dinding. Semua anak mengikuti. Mata mereka berbinar melihat ukulele yang saya pegang. Mereka pun duduk di sekeliling saya membentuk lingkaran tanpa harus diatur.

"Ibu kakinya sakit?" tanya Bela, siswi yang duduk di samping saya sambil memperhatikan kaki saya yang berbalut perban. Meski sudah saya tutup dengan kaos kaki, ternyata masih terlihat. "Iya, ibu habis jatuh, makanya kita belajarnya duduk aja ya," jawab saya. Sehari sebelum acara ini saya memang sempat terjatuh dari motor. Bisa jadi itu juga penyebab vertigo pagi itu.

Melihat mereka antusias dan mudah dikondisikan, saya semangat memulai materi di kelas. Mengondisikan anak kelas satu yang saya pikir akan menguras tenaga, ternyata tidak berlaku di sekolah ini. Semua anak menurut, bahkan perhatian.

Entah kenapa kepala saya yang sebenarnya masih tak beres mendadak enteng ketika berada di antara para siswa. Wajah polos dan antusias mereka seolah membawa energi tersendiri untuk saya. Saya pun mulai mengajak mereka bernyanyi. Setelah bernyanyi, mereka semakin dekat dan akrab dengan orang baru di depan mereka. Setelah itu, saya mulai memberi materi belajar yang ringan. Dan ternyata semuanya berjalan dengan lancar. Hingga jam pelajaran selesai, tak ada satu anak pun yang tak mengikuti pelajaran. Saya lega.

Berhasil di kelas satu membuat saya lebih percaya diri untuk melanjutkan mengajar di kelas lain. Saya sudah tak peduli lagi dengan kondisi kepala saya. Rasanya semua baik-baik saja. Dan benar saja, di empat kelas lain yang saya masuki, semua anak menyenangkan. Seluruh kelas antusias dan sangat hormat dengan guru baru mereka. Saya sangat sadar, kelancaran saya mengajar di kelas bukan karena saya pandai mengondisikan kelas, tapi karena memang siswanya patuh.  Saya bertanya dalam hati, bagaimana guru-guru disini mendidik mereka sehingga bisa sangat hangat kepada orang lain?

Setelah jam pelajaran selesai, saya, relawan lain, dan para guru berdiskusi di ruang kelas. Di kesempatan itu, saya pun mengungkapkan apresiasi saya atas sikap anak-anak yang sangat menghormati guru baru mereka. “Kok bisa begitu ngajarinnya gimana ya? Di sekolah lain anak-anaknya lebih sulit dikondisikan, tapi disini pada nurut-nurut,” tanya saya. “Mereka memang begitu kalau ada orang baru, selalu antusias dan menghormati. Kalau ditanya ngajarin gimana kami nggak tahu juga, kami hanya selalu memberi contoh langsung untuk selalu bersikap baik kalau ada orang baru, mereka hanya melihat lalu mengikuti. Mungkin, di rumah juga mereka diajarin unggah-ungguh untuk hormat sama orang yang lebih tua,” ungkap Pak Joko, Kepala Sekolah di sana.

@kusdwilestarin




Rabu, 21 Maret 2018

Kawah Ijen: Surga Bagi Petualang dan Penambang Belerang

Waktu menunjukkan jam satu malam, namun pos keberangkatan pendakian ke Gunung Ijen justru semakin ramai pendaki. Mereka sengaja melakukan pendakian di malam hari demi menyaksikan blue fire, satu dari dua fenomena api biru di Dunia.

Ya, hanya ada dua blue fire di dunia, di Islandia dan Indonesia. Fenomena api biru di Indonesia dimiliki oleh kawah Gunung Ijen yang terletak di Banyuwangi, Jawa Timur. Blue fire hanya dapat disaksikan pada tengah malam hingga sebelum fajar. Tak heran, pendakian justru lebih ramai di malam hari.

Surga Petualang
Pendakian ke gunung berketinggian 2443 meter ini umumnya dapat ditempuh selama dua hingga tiga jam dari Pos Patulding di kaki Gunung Ijen. Tak perlu khawatir jika merasa bukan pendaki gunung sejati karena medan pendakian tak terlalu berat. Pun jika tak sanggup mendaki sampai puncak, masih ada alternatif lain yaitu dengan menumpang gerobak dorong milik penambang batu belerang.

Di sepanjang perjalanan, pendaki akan sering berpapasan dengan para penambang yang turun gunung dengan gerobak dorong berisi batu belerang. Saat mendaki, gerobak dorong mereka menjelma menjadi angkutan bagi para pendaki yang tak ingin lelah berjalan kaki. Tentunya dengan ongkos yang tak murah.

Sampai di puncak, perjalanan dilanjutkan dengan menuruni kawah. Di titik ini, aroma belerang semakin kuat, dan pendaki diwajibkan mengenakan masker untuk mengantisipasi bahaya gas sulfur. Medannya pun lebih berat, jalurnya sempit dan curam. Jika berpapasan dengan para penambang yang memanggul batu belerang, pendaki harus berhenti dan memberikan jalan untuk mereka.

Setelah menuruni kawah selama satu jam, nyala api berwarna biru keunguan mulai terlihat. Saat itulah perjalanan panjang yang melelahkan akan terbayar. Puas-puaslah mengabadikan si api biru, namun jangan terlalu lama agar tak sesak nafas.

Kembali dari kawah, pendaki bisa istirahat sambil menikmati matahari terbit di puncak Ijen. Saat matahari mulai tampak, akan tampak pula pemandangan kaldera terluas di pulau jawa. Kaldera berdiameter 6 km ini menampakkan warna hijau kebiruan berbalut kabut yang mulai mengurai. Eksotis!

Surga Penambang Belerang
Selain pendaki yang singgah untuk menikmati pemandangan gunung dan kaldera, puncak ijen juga ramai oleh para penambang. Di puncak, batu belerang yang diangkut dengan dipikul dari kawah umumnya dikumpulkan dulu di puncak. Dari puncak, batu-batu itu diangkut dengan gerobak dorong ke kaki gunung.

Dalam sehari, para penambang umumnya mampu mengangkut hingga 80 kg belerang. Meski pekerjaannya berat dan berbahaya, para penambang naik turun gunung tanpa alat pengaman yang memadahi. Meski ada kewajiban mengenakan masker saat turun kawah, banyak penambang yang tak menggunakannya. Beberapa dari mereka hanya membalutkan kain kaos di wajahnya.

Meski berat dan berbahaya, menambang batu belerang nyatanya tetap menjadi mata pencaharian yang terus ditekuni warga sekitar Gunung Ijen. Dalam sehari, mereka dapat penghasilan sekitar 200-300 ribu untuk batu yang berhasil diangkut. Batu-batu belerang itu kemudian digunakan untuk bahan baku di beberapa industri. Beberapa penambang yang kreatif mengumpulkan serpihan-serpihan batu untuk diukir menjadi souvenir yang dijual ke para pendaki untuk menambah penghasilan. Jika mereka mengangkut pendaki ke puncak, penghasilan mereka bertambah lagi hingga 500 ribu. Penghasilan ini jauh lebih menjanjikan daripada menggarap ladang, pekerjaan mereka sebelumnya.

@kusdwilestarin





Senin, 12 Maret 2018

Berkeliaran ke Baluran

Sering disebut sebagai Africa Van Java, Taman Nasional Baluran memang seperti daratan di belahan dunia lain. Padang gersang luas dengan hewan-hewan yang bebas berkeliaran di sekitarnya sering diimajikan layaknya sabana Afrika.

Terletak di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Taman Nasional Baluran menyuguhkan sensasi piknik yang unik. Jika umumnya melihat beragam hewan di kebun binatang buatan, di Baluran pengunjung akan melihat hewan-hewan berkeliaran secara bebas di padang luas. Tak ada rantai atau tempat tinggal buatan. Hanya ada tanah tandus, rumput gersang yang kecokelatan, dan beberapa pohon. Di sudut sabana, terbentang gunung yang menyempurnakan lanskap Taman Nasional ini.

Lokasi Taman Nasional Baluran berdekatan dengan pantai. Jika datang pagi buta, pengunjung bisa mampir ke Pantai Bama untuk menikmati matahari terbit. Setelah hari sudah mulai terang, barulah berpetualang ke padang sabana. Selain bisa menikmati sunrise, menikmati Baluran di pagi hari adalah waktu yang paling tepat karena matahari belum terlalu tinggi sehingga tidak terlalu panas.    Pengunjung bisa menyaksikan hewan-hewan memulai aktivitas mereka seperti merumput atau sekedar berlarian bersama kelompok mereka.

Perjalanan ke Banyuwangi ditempuh selama enam jam dari Surabaya. Bagi pencari piknik yang ingin ke Baluran dan dapat sunrise disana, bisa mulai perjalanan darat dari Surabaya di malam hari sehingga sampai di Banyuwangi sekitar subuh. Jika hanya ingin menggunakan libur akhir pekan, mulailah perjalanan di jumat malam supaya ada lebih banyak waktu untuk singgah di destinasi lain di Banyuwangi. Selain Baluran, Banyuwangi juga punya Gunung Ijen dengan blue fire yang iconic, dan juga pesona bawah laut yang tak kalah menarik.

@kusdwilestarin