Halaman

Kamis, 07 April 2016

Baduy, Suku Pedalaman yang Berteman dengan Jaman

Rabu(6/4), musik angklung bersahutan di halaman Bentara Budaya Jakarta. Musik ini dimainkan oleh orang-orang Suku Baduy yang merupakan sepenggal dari ritual menjelang menanam padi. Malam itu Bentara tengah disulap menjadi perkampungan Baduy dengan rumah tradisional, jembatan bambu, serta iringan musik tenun dan tumbukan padi. Welcome to Baduy
Permainan musik itu ditampilkan dalam rangka pembukaan Pameran Baduy yang diselenggarakan tanggal 6-10 April 2016 di Bentara Budaya Jakarta. Pameran dibuka dengan konser bertajuk "Membaca Baduy". Selain permainan angklung, konser dimeriahkan pula oleh Jodi yudono, redaktur Kompas yang mengarang tiga lagu bertemakan Baduy. Berkolaborasi dengan Tlaga Swara dan warga Suku Baduy, Jodi membawakan lagu-lagunya dengan sangat apik.
Selain konser musik, pembukaan pameran itu menghadirkan Pak Sarpin, warga Baduy Luar yang menjadi pelopor sukunya untuk peduli pendidikan dan tidak terus menerus menutup mata terhadap dunia luar. Baduy memang dikenal masih sangat memegang erat adat. Pendidikan dilarang karena dikhawatirkan akan digunakan untuk minterin orang yang bertentangan dengan nilai leluhur mereka.
Keluarga Sarpin bisa dikatakan 'permberontak adat' demi kebaikan generasi masa depan. Menurutnya, baca tulis diperlukan untuk bisa lebih mudah bersosialisasi dengan orang lain. Demikian pula bisnis hasil karya yang mereka miliki. Kain tenun Baduy yang mereka buat kini mulai dipasarkan keluar wilayah mereka. Kini Suku Baduy semakin terbuka dengan jaman tanpa mengubah nilai-nilai budaya yang mereka miliki. Melalui pameran ini, Suku baduy memperkenalkan jati diri mereka yang ramah dan menerima kemajuan untuk hadir di tengah adat istiadat yang tetap mereka pegang erat.
@dwilestarin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar