Kamis, 09 November 2017
Mencicipi Eksotisme Celebes Canyon
Minggu, 15 Oktober 2017
A Little Vacation for Andalusias Part 2
Sampai di Kawasan Kota Tua, tempat pertama yang dituju adalah Museum Bank Indonesia. Namun, niat melihat-lihat sejarah uang Indonesia harus kandas karena Museum ditutup untuk kepentingan khusus. Anak-anak perempuan ini pun melanjutkan langkah mereka ke dalam kompleks Kota Tua.
Kota Tua tak pernah sepi pengunjung. Anak - anak saling merapat supaya tak terpisah satu sama lain. Memasuki Kompleks Kota Tua, anak - anak disuguhi dengan para pedagang yang menjual beragam makanan dan pernak - pernik di pinggir jalan. Ada pula para seniman jalanan dengan kostum - kostum unik yang mengundang pengunjung untuk foto bersama.
Museum Fatahillah
Sampai di tengah lapang Kota Tua, anak - anak mulai berunding untuk menentukan museum mana yang akan mereka kunjungi. Mereka pun melangkah ke Museum Fatahillah. Di museum ini anak-anak melihat berbagai benda kuno peninggalan sejarah. Ramainya pengunjung yang padat hari itu tak mengurangi semangat mereka untuk menyimak koleksi museum satu demi satu.
"Di sini teh katanya ada penjara bawah tanahnya, cari yuk!" ucap Linda pada teman - temannya. Satu hal dari Museum Fatahillah yang menarik perhatian anak - anak ini memang adanya penjara bawah tanah yang pernah mereka dengar dari teman - teman mereka. Mereka pun menemukan penjara bawah tanah setelah memasukin bagian belakang museum. Setelah puas menyusuri ruang penjara satu per satu, mereka pun menyudahi penjelajahan di Museum Fatahillah.
Keluar dari Museum Fatahillah pandangan mata anak - anak perempuan tertuju pada para pengunjung yang berlalu lalang menggunakan sepeda yang disewa di sudut - sudut Kota Tua. Mereka pun kemudian menjajal bersepeda keliling Kota Tua lengkap dengan asesoris topi bundar dengan warna senada dengan sepeda mereka. Meski lelah karena bersepeda di siang hari yang terik, ekspresi puas
tak terelakkan dari wajah mereka.
Museum Wayang
Setelah cukup berkeringat, anak - anak bergegas menuju Museum Wayang di sudut Kota Tua yang lain. Di lorong pintu masuk, anak - anak disambut dengan serangkaian wayang dalam kisah Ramayana lengkap dengan urutan ceritanya. Memasuki museum semakin dalam, mereka menemukan beragam jenis wayang dari seluruh Indonesia. "Ternyata wayang itu ada banyak ya?" celoteh Wiwin sembari mengamati koleksi wayang dari Jawa Barat. Beranjak ke lantai 2, anak - anak menemukan koleksi wayang dari negara - negara lain. "Wayang luar negeri serem - serem ya?" celetuk Icha saat melihat koleksi wayang asal China.
Tak cukup hanya melihat - lihat koleksi wayang, mereka pun memasuki ruang pertunjukan wayang dan melihat Sang Dalang memainkan para tokoh wayang. Meski tak cukup paham dengan cerita yang sedang dimainkan, anak - anak tetap tertarik menyaksikan pertunjukan wayang karena ini adalah pengalaman pertama mereka.
@kusdwilestarin
Kamis, 21 September 2017
Sunarti Kuswiryono
Lalu mengapa harus Sunarti?
Kuswiryono anak tertua seorang janda dengan tujuh adik yang harus dibiayainya
Lalu mengapa harus Kuswiryono?
Ternyata bukan tentang seseorang yang cukup membuatnya jatuh cinta
Kuswiryono butuh seseorang yang dapat bertahan dengan kondisi sulitnya
Ternyata bukan tentang seseorang yang mapan dan tampan
Sunarti butuh seseorang yang dapat membimbing keapadaannya
Berasal dari desa, Sunarti datang dengan nilai keteguhan hati dan kesabaran
Pun Kuswiryono yang menjadi tulang punggung keluarga, ia datang dengan kemandirian
Lalu mengapa harus Sunarti Kuswiryono?
Karena Tuhan mau demikian
Tuhan hadiahkan rasa cinta yang sebenarnya atas kebijaksanaan keduanya
@kusdwilestarin
Minggu, 10 September 2017
Let Yourself Answer Your Problems
Bersama teman-teman pesantren Al-Mujib, Cangkringan, Sleman, saya coba minta mereka cerita masalah real yang mereka alami dan ayat Quran mana yang pada akhirnya mereka temukan sendiri untuk menjawab masalahnya sendiri.
Saat bertanya, saya tahu mereka punya kapasitas untuk bisa menjawab pertanyaan saya. Justru saya bertanya karena memang saya nggak ngerti, jadi literally bertanya untuk mencari insight dari cerita mereka. Saya mungkin bisa mendefinisikan beban pikiran saya, tapi mencari Ayat Al Quran untuk menjawabnya rasanya tak sepandai Hasan dan Cindy.
Sabtu, 02 September 2017
Waerebo: Pesona Budaya Indonesia dari Tanah Flores
Perjalanan Panjang
Rasa lelah semakin tersingkir saat mencapai pos selamat datang sebagai penanda pintu masuk ke desa. Di pos ini, wisatawan diberikan pengarahan terlebih dulu oleh penjaga desa setempat terkait norma-norma adat yang perlu diperhatikan saat berada di lingkungan Waerebo.
Kopi dan Kayu Manis
Memasuki halaman desa, wisatawan akan disuguhi dengan rumput hijau yang di sudut-sudutnya terbentang bijih kopi dan kayu manis yang sedang dijemur. Seorang lelaki tua sesekali merapikan susunan bijih kopi dan kayu manis yang menjadi sumber penghidupan penduduk di sana. Di sudut lain, anak-anak kecil ramai berlarian di halaman tanpa ada rasa sungkan ketika wisatawan datang.
Wisatawan yang datang akan langsung disambut oleh pemandu untuk diajak memasuki rumah utama. Di rumah utama ini, wisatawan disambut oleh pemangku adat dengan ritual adat setempat untuk meminta izin kepada leluhur mereka atas kehadiran para pendatang. Setelah ritual penyambutan, wisatawan dipersilakan untuk masuk di rumah kerucut lain untuk menginap.
Rumah kerucut lima lantai
Di tengah ruangan lantai dasar terdapat tangga vertikal dari bambu untuk menuju lantai atas. Di lantai dua dan tiga digunakan untuk menyimpan bahan makanan, lantai empat sebagai tempat menyimpan benih, dan lantai lima sebagai tempat bahan-bahan sesaji yang disebut langkar.
Sekolah dan Kesehatan
Berada jauh dari pemukiman warga lain, anak-anak Desa Waerebo tak lantas tak sekolah. Dua kali dalam seminggu, datang guru dari desa terdekat untuk mengajar anak-anak. Untuk menunjang pembelajaran di Waerebo, di sudut bukit dibangun perpustakaan. Perpustakaan ini menampung buku-buku yang dibawa relawan ataupun wisatawan yang berkunjung ke Waerebo. Tak hanya pendidikan, kesehatan di Waerebo juga diperhatikan dengan adanya mantri yang siap berjaga di pos kesehatan yang letaknya bersebelahan dengan perpustakaan.
Minggu, 07 Mei 2017
Nostalgia Mengajar di Kota Pelajar
Sabtu, 14 Januari 2017
[Diary clipping] Andalusia Goes To National Museum
Oleh: Sini Sri Gusdinar
Hari Minggu aku diajak jalan-jalan ke museum nasional, aku mau cerita tentang jalan-jalan minggu lalu ya.
Aku jalan ke museum Gajah. Museum Nasional itu sering dipanggil Museum Gajah. Tahu kenapa? Soalnya ada patung gajahnya. Bisa dibilang museum itu keren banget, soalnya disitu banyak banget benda yang baru aku lihat, dari mulai tempat dan semua isinya, karena aku baru pertama datang ke Museum Gajah.
Disana banyak patung manusia purba, keren deh. Terus banyak miniatur rumah adat gitu, lucu banget. Tadinya kalau bisa, pengen aku bawa pulang. Tapi sayang banget dipegang juga nggak bisa.
Aku paling suka ke tempat yang banyak banget koleksi dari keramik sama emas. Ternyata mahkota-mahkota kerajaan dulu disimpan disitu banyak banget, dan itu semua dibikin dari emas. Oiya, disitu juga ada tempat orang ngebatik, dan bisa ikut nyobain juga. Ternyata ngebatik itu susah banget. Ada latihan nari gitu, tadinya pengen banget ikut, tapi karena nggak bisa gajadi deh. Ada juga pertunjukan musik tradisional juga. Kalian yang belum pernah ke museum gajah harus kesana ya, karena itu keren banget untuk ngisi waktu libur.
***
Oleh: Annisa FA
Minggu kemarin tepatnya tangga 9 Januari 2017, aku bersama teman-teman dan kakak kelas diajak jalan-jalan sama guru les inggris yang cantik dan baik hati. Kamu tahu aku diajak kemana? Ke museum nasional.
Aku senang sekali karena itu pertama kali aku kesana. Aku dan teman-teman naik grab car, sekitar pukul 10 WIB. Disana aku melihat banyak sekali benda yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Dan yang paling aku suka, waktu kami di lantai 4. Disana banyak sekali perhiasan kerajaan zaman dulu. Ah, andai saja aku boleh mengambil salah satu dari perhiasan tersebut, mungkin aku sudah kaya, hahaha.
Tiba-tiba saat melihat-lihat koleksi di lantai 3, Kak Novi merasa kepalanya pusing. Dan akhirnya kami turun ke bawah dan pulang mengantar ke asrama. Setelah mengantar kak Novi ke kamar, kami melanjutkan perjalanan untuk mengisi perut kami yang keroncongan. Kami tiba di sebuah tempat makan solo. Kami memesan makanan dan minuman, lalu menyantapnya bareng-bareng. Setelah semuanya beres, kami pulang ke asrama. Dan jalan-jalan hari minggu pun berakhir.
Selasa, 10 Januari 2017
A Little Vacation for Andalusias
Tabuik |