Kamis, 03 November 2016
Menteri Jonan: BPH Migas Perlu Diperkuat
3 Hal Penting Jadi Pemimpin
Satu hal paling penting yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin adalah kemampuan memberi contoh. Hal itu disampaikan oleh Menteri ESDM, Ignasius Jonan.
"Yang lain-lain boleh nggak punya, tapi ini harus. Jadi pemimpin harus bisa jadi teladan,"ungkap Jonan pada saat memberikan pengarahan kepada seluruh staf BPH Migas di Gedung BPH Migas.
Hal penting lainnya yang juga perlu dimiliki oleh seorang pemimpin adalah kemampuan untuk bertanya dan menyuruh. "Kan yang ngerjakan nanti orang lain, kalo ngga bisa itu, nanti gimana bisa tahu pekerjaan seperti apa," paparnya.
Jonan menuturkan bahwa menjadi pemimpin tidak ada alasan untuk tidak tahu atas segala hal yang berada di bawah tanggung jawabnya. Maka wajib bagi pemimpin untuk punya kemampuan bertanya dan menyuruh dengan cara yang cerdas supaya tidak menimbulkan tekanan bagi orang lain.
"Kadang orang mau tanya kan sungkan ya. Misal ada perempuan, kita mau tanya sudah punya suami atau belum, kan nggak enak kalau tanya langsung begitu, nanti tersinggung. Coba tanya, suaminya dines dimana mbak? Oh saya blm punya suami pak. Kan lebih enak," kelakar Jonan memberi contoh yang kemudian disambut dengan tawa oleh para staf.
Alumnus Universitas Airlangga ini mengaku tidak pernah mencatat semasa kuliah, namun selalu mendapat nilai yang baik karena bermodal catatan teman. Tanpa memandang sebelah mata orang-orang yang rajin dan tekun, Jonan ingin menunjukkan bahwa setiap orang punya cara masing-masing untuk mencapai tujuannya. "Yang penting kita melakukannya dengan akal sehat," pesannya.
Rabu, 02 November 2016
Bartering a Little Wishes
I said I read some, but i don't have much. "I have a novel in my room if you want to read, but written in English," I offered.
Yahh.. I heard girls muttered. "Don't you have the common novel in bahasa?" Linda wished. She told me they rarely get books that meets their desire. "Look, we actually have a few books but no one read them," Linda said while pointed to a desk. She took one of the book and showed it to me. She showed me a novel written in English by Michael Scott, The Magician. "We also have a novel written in English, but we don't read it because we don't understand. We even don't know what this novel about." Linda explained the book she brought.
I gave a little smile, but actually I felt so pleased. This kind of novel was just my cup of tea. I ever though what else i can read after finished the latest novel of Harry Potter. I need another fantasy literature, but have no idea.
"Well, so what novel you love to read actually?" I asked them switching the topic.
Surprisingly, the other girl love that novel too, and they shared me the story about Tere Liye's novel they already read. Thought it would be good if they completed their desk with a novel the love.
***
You don't care, unless you're really there - Rene Suharsono
@dwilestarin / @kusdwilestarin
Senin, 29 Agustus 2016
Indonesia di Balik Lukisan Istana
Kutipan itu adalah ucapan mantan Presiden Sukarno atas lukisan Affandi yang dibuat di medan pertempuran Karawang - Bekasi tahun 1946. Lukisan berjudul Laskar Rakyat Mengatur Siasat I ini dibuat Affandi sebagai poster penyemangat untuk rakyat yang sedang berjuang kala itu. Bertuliskan "Tetap Merdeka" Affandi seolah ingin menunjukkan kontribusinya untuk perjuangan Indonesia melalui apa yang dia bisa. Lukisan itu kemudian diminta oleh Sukarno dan menjadi koleksi istana presiden di Yogyakarta.
Di balik goresan yang indah secara visual, lukisan istana ternyata menyimpan pengalaman heroik dari Sang Seniman. Pada masa perang paska kemerdekaan, Affandi dan kawan-kawan melibatkan diri di medan pertempuran dan melukis secara langsung suasana di lapangan. Inilah mungkin, yang menjadikan lukisan - lukisan para pelukis legendaris itu menjadi demikian berharga.
Persembahan Istana
Koleksi istana karya Affandi dan seniman-seniman legendaris lain yang menyimpan beragam nilai nasionalisme dipamerkan pada Pameran bertajuk 17:71, Goresan Juang Kemerdekaan. Pameran yang diselenggarakan di Galeri Nasional Indonesia pada tanggal 1 - 30 Agustus 2016 ini diselenggarakan dalam rangka memperingati 71 tahun Indonesia merdeka. Pameran ini menampilkan 28 lukisan dari 20 pelukis ternama tanah air, ditambah 1 lukisan Sukarno.
Selain sebagai ajang apresiasi seni dari istana negara, pameran ini juga mampu menjadi ajang edukasi bagi masyarakat umum. Generasi muda sekarang mungkin tak banyak yang tahu tentang karya-karya maestro seni Indonesia. Untuk itu, tak hanya sekedar memamerkan karya, pihak penyelenggara juga mengadakan tur galeri bersama kurator dan jurnalis seni di akhir pekan. Pengunjung didampingi dan diberi wawasan seputar karya-karya koleksi istana yang bernilai tinggi.
Tak Lepas dari Yogyakarta
Hal menarik lain tentang fakta sejarah yang dapat ditemukan dalam pameran ini adalah keeratan masa perjuangan Bangsa Indonesia dengan Daerah Istimewa Yogyakarta. Tak kurang 8 dari 28 lukisan yang dipamerkan bersentuhan dengan kota gudeg ini. Narasi-narasi yang mengulas cerita dan sejarah karya seni mengetengahkan Yogyakarta sebagai kota perjuangan yang istimewa. Selain memang sempat menjadi ibukota negara di masa kekacauan paska kemerdekaan, Yogyakarta adalah asal muasal pelukis maestro tanah air. Di Yogyakarta pula, organisasi Seniman Muda Indonesia berawal dan sering mendapat kunjungan dari Sukarno.
Biografi II Malioboro karya Harijadi Sumadjijaja adalah salah satu karya yang membawa Yogyakarta dalam judul dan tema lukisan. Malioboro diusung sebagai representatif kompleksitas yang dapat ditemui di Yogyakarta. Dalam lukisannya yang bergaya surealistik, kawasan tenar ini tergambar sangat sibuk dengan perpaduan beragam aktivitas di dalamnya.
@dwilestarin / kusdwilestarin
Sabtu, 07 Mei 2016
Jadi Guru Sehari di Kelas Inspirasi
Bersamaan dengan hari Pendidikan Nasional, Senin, 2 Mei 2016, ada ratusan sekolah dasar di Ibukota yang kedatangan guru-guru baru. Mereka adalah pengajar sukarela yang terdiri dari beragam profesi untuk mengajar anak-anak SD melalui program Kelas Inspirasi. Di program ini, para profesional dari berbagai bidang ditantang untuk mengajar anak-anak sekolah dasar tentang profesi masing-masing. Tujuannya supaya anak-anak tersebut nantinya terinspirasi sehingga punya mimpi yang tinggi dan cita-cita yang luas.
SDN 16 Pagi kebon Kosong, Kemayoran, Jakarta adalah salah satu sekolah dasar yang mendapat pengalaman baru itu. Sebanyak 18 relawan dari beragam latar belakang profesi menggantikan para guru untuk mengajar disana. Antusiasme sekolah sangat besar di hari yang tak biasa itu. Para siswa menyambut relawan ini dengan penampilan marching band di akhir upacara bendera.
Proses mengajar berjalan layaknya jam pelajaran sekolah biasanya. Hanya saja murid-murid yang biasanya bertatapan dengan satu guru yang sama untuk keseluruhan jam pelajaran, hari itu bertemu dengan guru yang berbeda-beda. Setiap guru tentunya membawakan materi yang beragam sesuai dengan latar belakang pekerjaan masing-masing.
Satu hal yang menantang dalam kegiatan ini adalah bagaimana menyampaikan materi terkait profesi kepada murid-murid yang mudah dicerna. Terlebih, jika bidang yang ditekuni masih cukup asing bagi anak-anak. Salah satu profesi relawan yang turut mengajar adalah analis distribusi migas. Menyampaikan materi terkait migas perlu pendekatan dari hal-hal yang dekat dengan lingkungan para murid supaya memudahkan mereka memahami apa yang disampaikan. Materi disampaikan melalui foto, gambar, dan permainan-perminan edukatif. Alhasil, anak-anak lebih mudah dalam menangkap materi yang diberikan dan tidak bosan.
Menjajal mengajar murid-murid sekolah dasar di kelas tentunya memberikan pengalaman dan nilai baru bagi para relawan yang berpartisipasi. Mereka yang tujuan awalnya menginspirasi, justru pada akhirnya lebih banyak terinspirasi atas kegiatan ini.
@dwilestarin
Sabtu, 09 April 2016
A Night at The Orphanage
It was friday evening when i came to one of orphanage in South Jakarta. It's not my first time came there, but i usually i come at Saturday morning to give additional lesson for the teens. At that day, i specially came just to follow their activity after school.
Evening activity
We did maghrib prayer together in mosque. After had some dhikr, i followed them to read Al-Mulk as their habit every friday. The teens read it so well and fast. It took only few minutes to finish 30 verses. If i do it my self, it probably need some longer time.
After finished reading Quran, we had a supper while listened to the Ustadz's advices. When we did eating, Linda, one of the teens, asked me for the additional lesson for the following morning. "Iya, besok aku kesini lagi kaya biasa," i said.
"Kenapa nggak nginap disini aja, Kak? Tidur bareng-bareng sama kita!" Linda begged me to stay. Wow, it never cross in my head, but it sounds fun. Since i didn't have anything else to do, i nod to her. "But asked to your Ustadz first if i am allowed," i said. She then ran asked her Ustadz and he said yes.
I then continued following their next activity after Isya to watch movie. We watched Final Destination until 10 pm. After that, we moved to the girls dorm to have a sleep.
At the Girls Dorm
I have ever seen girl's dorm before. There's only two rooms for the girls in the 2nd floor. Each room consist of about ten persons or more. Each room provided by two bathrooms in the corner and some small cupboards around the wall. Eight beds lined on the floor for sleep. "Disini, Kak. Kakak tidur sama aku," Linda show me one bed facing the fan. Unlike another naked bed, my bed already covered by a sheath and pillow. What a kind girl.
It's already 11 pm and the girls still had a chat. They talked with Sunda's language so i don't understand what they talked about. I just listened to them. I was sleepy.
"Panas ya Kak?" Another girl asked me. She looked worry if i wasn't comfort. "Nggak kok, sama aja kaya di kosanku," i said little bit lying. It was very hot, indeed. I just couldn't imagine how can i sleep with this heat. I started sweating.
Can't sleep
Almost 12 pm and they're still awake. "Kalian jam segini belum tidur, biasanya tidur jam berapa?" I asked.
"Kita mah malem tidurnya, ngobrol dulu. Nanti jam 3 udah bangun lagi, tahajud," Linda answered. Wow, how can they make it? I talked to my head.
When we still had a chat, there's a rat passed in front of us. "Oiya Kak, disini banyak tikus. Tikusnya besar-besar," Icha informed me. They then talked about the rat living in their rooms. "Kadang suka gigitin kaki aku kalau tidur," Linda said and laugh.
They laugh instead of complain. They even didn't feel annoyed with their condition. They enjoy the rooms, they enjoy the heat, they enjoy their life. What a great soul.
12 pm i started to sleep while the girls still keep talking. I laid my body and closed my eyes, pretended to sleep. 1 am, I still couldn't sleep and still heard them keep talking. I just moved my body from right to left. When i moved to my left side, there's a cat right beside me. Whoaa, so i sleep with the cat and rat around me? Well, these girls have it every night.
I didn't know when i finally slept. At 4.30 am, Linda woke me up for Subuh prayer. I woke up and went to the mosque. After Subuh, we did dhikr and read Al-Waqiah. After that, we back to rooms and continued sleeping.
6.30 am i woke up by my self and found that there was only my bed in the floor. Other beds were already piled up in the corner. The girls already woke up. I saw Nova brought a broom on her hand. I then put my bed to the corner right away so that she can sweep the whole floor.
I really want to take a shower, but didn't bring my towel. I feel really uncomfort with my hair and my clothes. I really want to back home, but i still have to give them additional 'class' as i promised on previous day.
I waited the girls to finish their own activity. Some had a shower, ironing the clothes, swab the floor, etc. At 9 am, as they already finished, I open my notebook and started the 'class'. We did listening session until 10 am.
What a great experience spend a night at the orphanage. I found many things to learn from that unforgetable night. A good praying schedule, a sisterhood, and a friendliness. And finally, i learnt to be more grateful of what i got and enjoy the life.
@dwilestarin
Kamis, 07 April 2016
Baduy, Suku Pedalaman yang Berteman dengan Jaman
Senin, 04 April 2016
Peduli Tak Harus ke Ujung Negeri
Pada salah satu sesi permainan, Kia dan teman-temannya diminta berpasangan untuk mendeskripsikan dan menebak suatu kata yang tertulis pada kartu berwarna merah. Dalam kartu itu tertulis nama-nama pulau besar di Indonesia. Setiap anak harus mendeskripsikan pulau yang dimaksud dengan bahasa Inggris supaya pasangannya bisa menebak pulau yang dimaksud. Mereka bisa mengimajinasikan peta Indonesia kemudian mendeskripsikan letak pulau dari pulau di sekelilingnya.
Seperti yang sudah-sudah, Kia antusias untuk menjadi yang pertama menjajal permainan ini. Dia memilih untuk memberikan clue untuk ditebak oleh partnernya. Ada banyak kartu yang dapat dipilih dan masing bertuliskan beragam nama pulau yang berbeda-beda. Kia pun mengambil salah satu kartu. Dia mendapatkan kata 'Bali'. Kia harus menjelaskan segala hal yang terkait dengan pulau dewata ini supaya temannya bisa menebak dengan benar, entah dengan letaknya yang berada di sebelah timur pulau jawa, atau mungkin dengan menyebutkan budaya tarian khas yang sudah sangat terkenal. Ini mudah, seharusnya.
Namun Kia yang biasanya langsung aktif tidak juga segera memulai percakapannya. Dia tersenyum kemudian menggelengkan kepala. Kia pun dituntun untuk mendeskripsikan letak pulau yang dimaksud dari pulau jawa. Namun dia masih menggeleng. "Nggak tau," ucapnya. Dirinya tidak tahu letak Pulau Bali yang sedemikian terkenalnya. Anak ini mendapatkan Pulau Bali yang hanya bertetangga dengan Pulau Jawa saja sangat kesulitan. Terbayang bukan bagaimana peliknya mendeskripsikan pulau-pulau lain yang lebih jauh dari jawa?
Tanpa bermaksud mengumbar kekurangan pada anak, kesulitan anak seaktif Kia tentunya menjadi kesulitan yang sama bagi teman-temannya yang lain. Karena mendeskripsikan berpasangan dirasa berat, permainan dilanjutkan hanya dengan menebak pulau yang dimaksud. Anak-anak diberikan clue terkait letak pulau yang dimaksud di antara pulau lain di Indonesia. Dan benar saja, mereka cukup kesulitan.
Ternyata tidak semua anak sekolah paham dengan baik letak geografis Indonesia. Padahal, mereka sekolah di Ibukota dan sudah setingkat SMA. Sangat miris, mengingat pelajaran geografi sudah diajarkan sejak di bangku Sekolah Dasar. Demikian halnya dengan beban berbahasa Inggris yang membuat permainan yang mereka lakukan semakin pelik.
Melihat kenyataan itu, beban pendidikan di Indonesia ternyata tak hanya pada kondisi geografisnya yang punya banyak pulau terpencil sehingga sulit dapat pendidikan yang berkualitas. Nyatanya, di Ibukota pun pendidikannya belum cukup. Wilayah pelosok negeri memang butuh uluran tangan ekstra. Namun, kota-kota besar pun tak dapat dikesampingkan. Indonesia butuh dukungan pendidikan di berbagai sudut wilayahnya. Ini berarti, kesempatan membantu anak-anak Indonesia bisa ditemukan dimanapun selama mau peka dan peduli atas keadaan sekitar. Bantu saja dari yang paling dekat, apapun bentuknya.
Kamis, 31 Maret 2016
Transaksi Wajib Pakai Rupiah, BPH Migas Rapat Dengar Pendapat
Kamis(31/03), BPH Migas melaksanakan rapat dengar pendapat (public hearing) dalam rangka perubahan peraturan BPH Migas Nomor 8 Tahun 2013 tentang Tarif Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa. Perubahan ini guna mengakomodasi peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 17/3/PBI/2015 tentang Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah NKRI. Rapat yang dilaksanakan di gedung BPH Migas ini dihadiri oleh perwakilan dari Ditjen Migas, Badan Usaha transporter (pengangkutan), dan Badan Usaha Shipper (pengguna jasa pengangkutan).
Pasal 2 PBI Nomor 17 mewajibkan bagi setiap pihak untuk menggunakan Rupiah dalam transaksi yang dilakukan di wilayah NKRI. Tarif pengangkutan Gas Bumi melalui pipa yang diatur oleh BPH Migas selama ini dirumuskan dengan menggunakan Dollar Amerika, sehingga perlu dilakukan penyesuaian terhadap peraturan BPH Migas guna menyelaraskan dengan Peraturan Bank Indonesia.
Rapat Dengar Pendapat ini merupakan tindak lanjut BPH Migas setelah beberapa kali melakukan rapat pembahasan dengan Bank Indonesia dan Badan Usaha pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa. Apabila tarif pengangkutan gas bumi melalui pipa harus dibayarkan dengan rupiah, terdapat dua alternatif tindak lanjut yang dapat diberlakukan. Alternatif pertama adalah pembayaran dengan dual quotation. Pembayaran dengan mekanisme ini tidak merubah formula perhitungan tarif pengangkutan. Hanya saja, pada saat pembayaran dilakukan dalam rupiah dengan mengacu pada kurs Jisdor yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Alternatif ini menuai kekhawatiran dari para badan usaha akan resiko perbedaan kurs yang akan terjadi pada saat penagihan oleh transporter dan pembayaran oleh shipper.
Sebagai alternatif lain, BPH Migas telah mempersiapkan formula baru perhitungan tarif pengangkutan untuk mendapatkan tarif pengangkutan dalam rupiah. Formula tersebut menambahkan komponen perbandingan inflasi di Indonesia dengan inflasi di Amerika. Resikonya, tarif pengangkutan dengan formula baru ini akan membuat tarif pengangkutan gas bumi melalui pipa menjadi lebih mahal akibat rasio inflasi yang besar. Dampaknya, tentu masyarakatlah yang dirugikan atas harga gas yang menjadi semakin mahal.
Setelah melalui dengar pendapat dengan berbagai pihak ini, BPH Migas akan segera menentukan langkah mana yang akan dilakukan terkait penggunaan rupiah dalam tarif pengangkutan gas bumi melalui pipa. Pemberlakuan rupiah ini akan mulai dilaksanakan pada 30 Juni 2016.
@dwilestarin
Kamis, 24 Maret 2016
Georgetown: Kota Tua Rasa Tionghoa
Namun demikian, di salah satu sudut Pulau Penang terdapat satu kawasan menjadi destinasi favorit para turis, George town. Di kawasan ini banyak dijumpai bangunan-bangunan tua yang terdiri dari kuil, kedai kopi, dan toko souvenir. Nuansa tionghoa di kota ini sangat kental yang dapat dilihat dari beragam ornamen yang menghiasi setiap bangunan.
Biar Jakarta Nggak Banjir
Finding Peace in Holy Cities
Jumat, 18 Maret 2016
'Api Kecil' di Balik Spidol
Saat itu saya duduk di bangku SMA kelas 2 di Yogyakarta. Karena merasa cukup terseok-seok di beberapa mata pelajaran, saya mengikuti les di salah satu bimbingan belajar. Di pelajaran kimia, tentor yang mengajar senang sekali memberi soal untuk dikerjakan siswa di papan tulis. Dan entah mengapa saya suka menawaran diri untuk mengerjakan di papan tulis. Bukan karena saya bisa mengerjakan, tapi karena saya suka pegang spidol dan menulis di papan white board.
"Kamu kok suka banget maju (mengerjakan soal)?" tanya Sang Tentor seraya mengamati. Dan saya jawab saja, saya suka nulis di white board. Selain itu, dengan mengerjakan soal di papan, saya bisa belajar dengan lebih ekslusif. Jika pekerjaan saya salah, saya jadi lebih mudah mengerti seperti apa yang benar. "Besok kamu jadi tentor aja," canda Sang Tentor. Dia pun kemudian mengajarkan saya cara menulis di papan yang benar setiap saya maju mengerjakan soal.
Moment itu menjadi semacam turning point saya untuk ingin mengajar. Sejak itu, jika sudah kuliah saya ingin jadi parttimer jadi tentor di bimbingan belajar. Tentunya supaya bisa pegang spidol dan menulis di papan.
Menulis dengan spidol di papan itu menyenangkan. Entah kenapa saya merasa tulisan saya satu tingkat lebih bagus bila menulis di papan. Selesai menulis saya suka melihat lagi hasil tulisan saya. Tidak terlalu rapi sebenarnya, tapi saya suka.
Niat saya tercapai ketika saya ditawari mengajar les privat saat kuliah semester 2. Saya suka ngajar, namun karena privat saya nggak bisa ngajar dengan nulis di papan layaknya tentor yang saya inginkan. Muridnya cuma satu, pakai kertas HVS dan pulpen pun cukup. Terlepas dari gagal pegang spidol, berhasil mengajarkan soal yang sulit bagi murid sehingga dia paham ternyata menjadi kesenangan tersendiri. Namun tetap saja, misi belum tercapai.
Keinginan ngajar dan nulis di papan tercapai saat saya mendapat tawaran parttime untuk ngajar penelitian di SMP. Walaupun tantangannya lebih besar harus mengondisikan siswa satu kelas yang kelakuannya macam-macam, saya suka. Yang penting saya nulis di papan.
Saya tak punya ketrampilan khusus untuk bisa mengajar dengan baik. Kalau bukan karena spidol, mungkin saya nggak punya keinginan mengajar. Sejak jadi pengajar di dalam kelas, saya pun belajar pula bagaimana mengajar yang baik. Beda jenjang sekolah yang diajar, beda pula karakter siswanya. Cara mengajar yang berhasil diterapkan di satu sekolah, belum tentu berhasil di sekolah lain. Karena itu, meski sudah beberapa kali mengajar, saya tetap merasa gugup setiap kali masuk ruang kelas. Namun itulah seninya mengajar.
Banyak yang bisa dipelajari dari kegiatan mengajar. Saya belajar dinamis karena harus selalu menyiapkan materi yang sesuai dengan karakter kelas. Saya juga belajar spontanitas karena harus siap dengan alternatif materi ketika materi yang disampaikan ternyata tidak menarik, sekaligus belajar sabar ketika tidak diperhatikan di dalam kelas. Dan itu semua saya dapat hanya gara-gara spidol.
@kusdwilestarin
Minggu, 31 Januari 2016
Solusi Macet Jakarta Ala Andalusia
"Gusur aja gedung-gedungnya biar bisa nglebarin jalan".
"Bikin kereta bawah tanah biar nggak perlu nambah lahan".
Itulah sepenggal ide anak-anak Panti Asuhan Al Andalusia untuk mengatasi kemacetan Jakarta.
Hari minggu (31/01) jam 10 pagi, anak-anak riuh dengan kesibukan masing-masing. Beberapa anak bersih-bersih dan sebagian yang lain memasak di dapur. Hari itu memang tak ada jadwal kegiatan khusus. Namun ada tujuh anak perempuan yang beranjak ke mushola untuk sharing bersama yang seharusnya diadakan hari sabtu.
Si kembar Nova Novi, Linda, Dinda, Mawar, Dwi, dan Yuli duduk berjajar. Mereka menyaksikan video singkat tentang kemacetan Jakarta. Dalam video itu dijelaskan kenapa Jakarta macet, seperti tidak seimbangnya penambahan ruas jalan dengan penambahan jumlah kendaraan, angkutan umum yang masih kurang diminati, dan masalah-masalah umum lainnya. Mereka tampak antusias. Setelah video selesai diputar, mereka diminta untuk mencari ide untuk solusi atas permasalahan yang baru saja mereka lihat.
Tujuh anak itu dibagi ke dalam dua tim. Mereka berdiskusi dengan tim masing-masing untuk menentukan project solutif guna mengatasi kemacetan Jakarta. Project yang mereka gagas harus lengkap dengan alasan dan manfaatnya. Merekapun berdiskusi dengan suara lirih.
Selesai berdiskusi, kedua tim memaparkan ide mereka. Nova dan timnya berinisiatif untuk menggusur gedung-gedung perkantoran di Jakarta supaya jalan bisa diperlebar. "Gedung-gedungnya dipindah aja ke daerah lain, biar nggak pada ngumpul di Jakarta semua," jelas Nova. Tim kedua punya ide yang lain lagi. Mawar dan timnya ingin membangun kereta bawah tanah supaya tak perlu menambah lahan. "Biar nggak kena polusi juga, nggak panas," papar Mawar.
Ide-ide yang mereka hasilkan sangat polos, namun menarik. Anak-anak itu mencari ide tanpa memikirkan batasan atas solusi yang mereka dapatkan. Terlebih lagi, mereka pun berani untuk mengungkapkan ide tanpa takut salah. Diskusi ini memang bukan soal seberapa bagus ide yang berhasil diperoleh, tapi soal keberanian berimajinasi dan mengungkapkan gagasan. Tapi kalau kelak gedung-gedung tinggi di Jakarta benar digusur dan Jakarta punya kereta bawah tanah, setidaknya anak-anak itu bisa bilang, itu ide kami.
@dwilestarin
Minggu, 24 Januari 2016
Mendadak Listening Berkedok Nyanyi
"Nyanyi lagu bahasa inggris dong kak," celetuk salah seorang anak ketika saya tanya apa lagi yang ingin mereka lakukan bersama saya. Saat itu saya dan anak-anak Al Andalusia baru saja bermain game logika dan bahasa inggris. Sebenarnya pertanyaan itu adalah pertanyaan andalan ketika saya sudah mulai kehabisan ide untuk bermain, sementara anak-anak itu masih bersemangat.
Saya suka idenya. Bernyanyi lagu asing bisa sekaligus melatih listening. Tapi saya yang tidak terpikir sebelumnya, tidak tahu harus mengajak mereka bernyanyi apa. Untungnya, saya bawa laptop yang menyimpan sedikit kumpulan file musik. Sejenak saya mencari apakah ada lagu mancanegara yang menarik untuk didengarkan dan dinyanyikan sama-sama. Sementara itu anak-anak bersahutan request lagu-lagu yang mereka suka.
"Price tag, Kak,"
"Dear God, Kak,"
"Lagunya Adele, Kak,"
"Lagunya Avril, Kak,"
Saya cukup takjub dengan selera musik mereka; populer dan update. Bahkan ada yang kenal dengan lagunya Avenged Sevenvold yang entah dapat darimana.
Sayangnya, file musik di laptop saya terbatas. Dari sedikit file yang saya punya, saya menemukan lagu Hero yang dinyanyikan Mariah Carey. Beatnya tidak cepat dan liriknya bagus.
"Tau lagu ini nggak?" Tanya saya saat mulai memutar lagu. "Nggaak," jawab mereka serentak. Lagu ini asing buat mereka, tapi mereka tetap mendengarkan. Saat lagunya selesai, saya putar ulang sampai mereka mulai hafal nadanya.
Saat mereka sudah hafal nadanya, satu per satu saya tuliskan lirik lagunya di papantulis. Mereka yang tadinya hanya mengalunkan nada dengan lirik asal-asalan, kini mulai bisa menyanyi mengikuti lirik yang saya tulis. Setelah lancar dengan lirik, saya pun mengajak mereka membahas arti setiap baris liriknya.
"Ini teh buat nyemangatin yg lagi galau," celetuk Kia, salah satu anak. Akhirnya mereka pun tak hanya bisa bernyanyi lagu asing, tp juga paham maknanya. Sesi bernyanyi mengakhiri silarurrahmi saya dengan anak-anak Al Andalusia. Ternyata memang anak-anak ini gemar menyanyi. Sepertinya saya perlu memperbanyak file musik di laptop dengan lagu-lagu asing untuk silaturrahmi berikutnya.
@dwilestarin
Senin, 18 Januari 2016
Pelajaran Pertama dari Al-Andalusia
Sabtu, 16 Januari 2016
Sepedaan di Gili Trawangan
Gili Trawangan adalah salah satu pulau di Provinsi Nusa Tenggara Barat yang telah menjadi destinasi favorit turis asing. Pulau yang terletak di utara Pulau Lombok ini telah dikemas dengan menarik. Di sekeliling pulau terdapat penginapan, resto, dan butik-butik bernuansa paradise yang unik. Malam di pulau ini sangat 'hidup' oleh resto-resto yang menyuguhkan beragam musik. Tak heran, pulau ini tak pernah sepi wisatawan.
Gili Trawangan dikenal pula dengan panorama bawah laut yang indah. Jika menyelam di pulau ini, wisatawan akan dimanjakan dengan pemandangan terumbu karang dan ikan yang beragam. Dalam satu rangkaian diving ataupun snorkling, wisatawan akan sekaligus diajak untuk hopping pulau ke Gili Air dan Gili Meno. Kedua pulau ini memiliki pantai yang sangat jernih. Pulau-pulau ini pun menyediakan resto sebagai tempat melepas bagi para wisatawan lelah setelah menyelam.
Jumat, 15 Januari 2016
Filipina: Wisata Nusantara di Negeri Tetangga
Tak jauh berbeda dari Jakarta, ibukota Filipina, Manila, ternyata juga dihiasi dengan kemacetan jalan. Tata kotanya kurang rapi dan cenderung alakadarnya. Jika di Jakarta punya kopaja sebagai transportasi umum yang 'kurang terawat', Manila punya Jeepney sebagai angkutan kota yang sama-sama seadanya. Masih soal transportasi, taksi di Indonesia bisa dikatakan lebih terawat dan lebih nyaman dari taksi di Manila. Namun, keduanya sama-sama sudah terintegrasi dengan aplikasi pemesanan taksi yang dapat diakses melalui smartphone, sehingga memudahkan penumpang untuk memesan.
Menghalau Jenuh di Mangrove Pantai Indah Kapuk
Mendengar kata Pantai Indah Kapuk pasti yang terbesit di kepala adalah kawasan rumah elite yang ada di salah satu sudut kota Jakarta. Tapi siapa sangka di salah satu sudutnya tersimpan kawasan wisata?
Tak jauh dari lokasi perumahan elite Pantai Indah Kapuk terdapat hutan mangrove yang dapat dijadikan alternatif wisata alam bagi warga Jakarta. Mangrove adalah tumbuhan yang tumbuh di rawa atau perairan tepi laut. Meski letaknya di kawasan yang padat, hutan mangrove ini dikemas dengan baik sehingga dapat dijadikan alternatif wisata yang cukup worth it.
Di hutan ini, pengunjung dapat berjalan menyusuri hutan melalui jembatan kayu yang disediakan. Tak hanya itu, tempat ini juga menyediakan
Sabang: Surga Wisata di Ujung Barat Indonesia
Menuju Sabang
Iboih: Surganya diving
@dwilestarin
Minggu, 10 Januari 2016
Menjajal Paralayang di Bukit Parangtritis
Berlatih Memanah Biar Fokus Terasah
Pesta Ikan Di Pulau Harapan
Di sebelah utara Jakarta ada banyak gugusan pulau kecil yang disebut Kepulauan Seribu. Kepulauan yang masih jadi bagian dari wilayah administrasi DKI ini kerap jadi destinasi alternatif bagi wisatawan ibukota yang tak ingin liburan jauh-jauh. Cukup dengan menyeberang dari dermaga Angke Jakarta Utara selama kurang lebih tiga jam, wisatawan dapat berjumpa dengan ikan-ikan cantik di laut yang jernih.
Salah satu pulau yang jadi destinasi favorit bagi para wisatawan adalah Pulau Harapan. Di Pulau Harapan banyak tersedia homestay, penyewaan kapal, dan berbagai peralatan menyelam untuk melihat surga bawah laut. Pulau ini layaknya hub untuk menuju pulau-pulau lain yang lebih menarik.
Salah satu spot yang cukup menggoda adalah Pulau Bidadari. Selain pantainya yang cantik, air lautnya tergolong sangat jernih. Selain itu, makhluk-makhluk di bawah lautnya pun sangat beragam.
Selepas berjelajah ke pulau-pulau kecil, wisatawan umumnya kembali ke Pulau Harapan dan melepas malam bersama ikan bakar. Malam di pulau ini sangat ramai oleh penduduk setempat yang menjajakan beragam makanan. Ditambah anak-anak kecil yang riuh bermain di tanah lapang, semakin menyemarakkan Pulau Harapan.
@kusdwilestarin